JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta masyarakat tidak khawatir dengan kondisi perekonomian Indonesia saat ini, karena masih berada di level aman meskipun pertumbuhannya mengalami perlambatan yang hanya mencapai angka 4,7 persen. Bahkan Jokowi menyebut ekonomi Indonesia tetap berada di lima besar dunia.
Menangapi hal ini pengamat ekonomi Ichsanudin Noorsy mengatakan, pernyataan Presiden Jokowi tersebut hanya untuk menenangkan masyarakat tanpa ada tindakan nyata untuk memperbaiki perekonomian Indonesia saat ini.
"Itu respon seorang pemimpin tanpa kejelasasan menghadapi tantangan yang sedemikian berat," kata Noorsy saat dihubungi TeropongSenayan, Selasa (11/8/2015).
Kendati demikian, dirinya mengakui dari sudut angka keadaan ekonomi saat ini memang masih cukup terkendali. Namun, hal itu bukan berarti kondisi ekonomi Indonesia tidak menghadapi masalah besar.
"Dari aspek sudut angka-angka memang masih pada level yang relatif terkendali tetapi masih mendekati lampu kuning yang rentan dan berantakan," ungkapnya.
Jika dilihat dari angka-angka ekonomi, Noorsy ibaratkan Indonesia layaknya tubuh yang terlihat sehat secara fisik namun jantungnya tidak stabil.
"Walaupun masih terlihat aman tapi ancaman tidak sehat sangat rentan dan berantakan untuk kedepanya," ucapnya.
Noorsy memaparkan, masalah sekarang ini bukan terjadi pada sektor keuangan saja tapi berdampak pada sektor perdagangan.
"Idikatornya kita tidak bisa melihat hanya defisit neraca berjalan, walaupun neraca menurun ancaman terlihat berantakan berada ada dua jalur, jalur keuangan dan perdagangan," katanya.
Artinya, lanjutnya, pemerintah harus punya antisipasi untuk menghadapi ekonomi global yang tidak tentu arahnya.
"Apa sih antisipasi pemerintah saat ini? Pemerintah cuma mengakui kelemahannya tapi kelemahannya tidak menunjuk untuk antisipasi yang hanya terlihat rentan dan berantakan," tandas Noorsy.(yn)