JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Peristiwa operasi tangkap tangan (OTT) terhadap anggota Komisi VII DPR Fraksi Hanura Dewi Yasin Limpo menambah daftar politisi yang terjerat korupsi.
Hal itu membuka kesadaran masyarakat bahwa politik di Indonesia masih belum bersih dari tindakan merugikan uang negara.
Pengamat komunikasi politik Lely Arriannie Napitupulu mengatakan, faktor gaya hidup yang menggiring rata-rata politisi terjerembab pada tindakan korupsi.
"Faktor perubahan gaya hidup, karena setelah politisi ditempatkan dalam posisi tawar yang tinggi di kekuasaan, justru mereka unjuk gigi di kekuasaan. Mereka bisa masuk di ranah hukum, politik, budaya, agama, selebriti, itu yang menyebabkan mereka mengalami semacam shock culture atau kegagapan budaya. Karena gamang, pada akhirnya melakoni peran itu. akhirnya potensial untuk diseret ke sana sini," ujar Lely kepada TeropongSenayan di Jakarta, Rabu (21/10/2015).
Dijelaskan Lely, seseorang cenderung mengalami perubahan mental ketika menempati posisi di suatu level kekuasaan. Menurutnya, kehadiran mereka di panggung politik yang menyebabkan mereka seolah punya identitas baru.
"Karena dia berusaha mempertahankan identitasnya itu sehingga kadang harus dengan menghalalkan segala cara," ungkapnya.
Bagi Lely, ideologi dan basis pemikiran partai tidak cukup menjamin bagi anggotanya selamat dari praktik korupsi.
"Saya termasuk orang yang pesimis dengan slogan-slogan politik. Kalau kita belajar dari proses pengkaderan, kayaknya partai tidak kurang memberikan pembekalan kepada politisinya sebelum atau sesudah ia terpilih menjadi DPR atau pemegang kekuasaan. Tapi masih saja korupsi," paparnya.(yn)