JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Memasuki satu tahun usia rezim Jokowi-JK memimpin, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menilai persoalan kerukunan umat beragama di Tanah Air jeblok.
Ketua MUI bidang kerukunan umat beragama Yusnar Yusuf menyebut, dua peristiwa memilukan yang menimpa Masjid di Tolikara Papua dan Gereja di Aceh Singkil sudah cukup untuk menyimpulkan betapa amburadulanya kerukunan umat beragama selama satu tahun terakhir.
"Sejumlah persoalan yang mengatasnamakan agama akhir-akhir ini menunjukkan kerukunan antar umat beragama kita berada di titik nadir terendah dan sangat jeblok," kata Yusnar kepada TeropongSenayan, di kantor MUI, Jakarta, Kamis (22/10/2015).
"Betul-betul sangat jeblok. Jadi kalau jeblok itu pasti di bawah angka 5. Mungkin yang paling tepat saya kasih nilai 4,5." katanya.
Yusnar mengaku, MUI kecewa dengan Presiden Jokowi yang sebenarnya memiliki perangkat kemanan yang lengkap seperti intelijen dan kepolisian, tetapi tidak becus dalam mengantisipasi dan menangani konflik disejumlah daerah.
"Presiden kan punya banyak aparat. Ada BIN, Polisi, TNI. Kenapa konflik seperti itu masih terjadi. Masak masalah begitu saja Presiden tidak bisa," cetus Yusnar.
Ia menjelaskan, selama ini masalah konflik umat beragama di Indonesia tidak lagi disebabkan karena komunikasi yang mandek antar pemeluk agama.
Tetapi karena negara tidak pernah hadir secara sungguh-sungguh dan terkesan melakukan pembiaran terhadap terjadinya konflik agama.
"Aparat penegak hukum kita tak pernah menyelesaikan masalah sampai ke akar konflik. Setiap ada konflik, aktor intelektual hampir tak pernah disentuh," ungkapnya.
Karena itu, Yusnar meminta agar kedepan aparat penegak hukum lebih profesional dan bekerja lebih keras lagi dalam mengantisipasi potensi konflik. (iy)