JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Ketua Institut Hijau Chalid Muhammad mengungkap salah satu modus perusahaan-perusahaan yang selama ini beroperasi di kawasan hutan Indonesia adalah menutupi identitas mereka. Mereka lebih memilih menggunakan nama warga setempat sebagai pemilik.
“Katakanlah pendeta A, atau ustad B memiliki sawit 20 hektare, kalau di cek itu adalah bagian dari korporasi besar yang ada di sana. Modelnya seperti di plasma sebenarnya yang di kedepankan adalah penguasaan lahan yang sangat besar dan korporasi ini pintar sekali menyembunyikan siapa owner sesungguhnya. Kalau dibaca di atas kertas itu seolah-olah kepemilikannya terpisah antara-satu dengan yang lain," ungkapnya dalam diskusi yang bertema "Hentikan Indonesia jadi Tanah Asap Beta!" bertempat di GADO-GADO BOPLO, jl. Gereja Theresia No. 41, Menteng - Jakarta Pusat, Sabtu (24/10/2015).
Chalid memastikan penyebab utama kebakaran hutan secara dominan dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar. Mereka melakukan pembalakan dan pembakaran dengan tujuan alih fungsi lahan sesuai kepentingan bisnisnya.
Lebih lanjut Chalid mengatakan penyebab kebakaran hutan bukan dari masyarakat adat di sekitar hutan. Pasalnya, aktivitas pembakaran yang dilakukan oleh masyarakat adat relatif kecil dan tidak signifikan dalam menyebabkan kebakaran.
“Masyarakat membakar itu tidak sampai nol koma sekian persen. Jika kita bandingkan dengan titik api yang ada di wilayah kerja perusahaan perkebunan kelapa sawit dan lahan industri. Ini menunjukkan bahwa kebakaran itu masih terjadi di perusahaan dengan skala besar dan menengah,” tutupnya. (iy)