JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) -Elit politik harusnya menghilangkan gaya politik balas dendam. Pasalnya, gaya politik seperti itu, berpotensi mengancam keutuhan negara.
"Jika politik bercampur dengan dendam maka ke depan masalah negara akan semakin tidak terukur," kata pengamat politik Maswadi Rauf kepada TeropongSenayan di Jakarta, Jumat (9/1/2015).
Pengajar Ilmu Politik UI itu memprediksi situasi politik pada 2015 masih diwarnai banyak dendam antar politisi dan partai politik. Dampaknya, tidak hanya persaingan dan perseteruan antar partai sering terjadi tetapi juga di internal sehingga akan banyak perpecahan di internal partai.
"Lihat saja kondisi saat ini belum adanya penyelesaian yang nyata dari perselisihan yang terjadi di partai besar, membuktikan bahwa rasa dendam itu masih dominan. Akibatnya, ada perpecahan, tandingan, tidak mau menerima pendapat pihak lain dasn sebagainya," ujar dia.
Seharusnya, kata Maswadi lagi, perpecahan di internal partai politik bisa diselesaikan secara sehat untuk kepentingan yang lebih besar. "Politik balas dendam tidak akan ada habisnya dan hal itu berdampak pada kepentingan yang lebih besar lagi," tutur Maswadi.
Sebagai politisi, mengelola konflik itu harus tetap mengedepankan aspek rasional dan argumentatif. "Boleh berbeda pandangan, tapi tidak dengan cara bermusuhan satu dengan yang lain," ucapnya.
Maswadi berharap pada 2015 ini lebih banyak politisi yang bersikap profesional dan lapang dada jika menghadapi perbedaan pendapat. (ss)