JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) -Masyarakat butuh industri keuangan yang khusus melayani rakyat kecil, termasuk nelayan dan petani. "Pentingnya bank khusus tersebut, seperti BRI yang sebenarnya bisa membiayai sektor mikro jika kembali ke khittah (garis besar perjuangan)," kata Ketua Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) Sigit Pramono.
Kendalanya, lanjut mantan Dirut BNI, pemerintah Indonesia tidak punya cetak biru (blue print) perbankan. "Akibatnya tiap ganti pemimpin nasional beda kebijakannya. Dan kami tidak punya lobi politik untuk itu," ujarnya di DPD semalam.
Menurut Sigit, bank umum yang ada sekarang tidak mampu melayani kredit masyarakat kecil seperti pedagang, petani dan nelayan. "Memang harus ada bank khusus yang berbeda dalam memberi penilaian untuk menangani UMKM, tani dan nelayan," jelas Sigit.
Sigit Pramono juga menerangkan perlunya Indonesia mempunyai bank dengan ukuran yang sangat besar, agar berkah pertumbuhan ekonomi bisa dikelola sendiri. “Kita harus memperkuat bank lokal, jangan sampai pertumbuhan ekonomi dinikmati oleh bank asing," tuturnya.
Kebutuhan adanya bank dengan ukuran yang sangat besar perlu didukung adanya cetak biru perbankan nasional. Setelah menyusun cetak biru perbankan nasional, perlu dilakukan revisi Undang-Undang Bank Indonesia, diikuti revisi UU perbankan(ss)