PADANG (TEROPONGSENAYAN) - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyebutkan ada belasan warga Sumatera Barat yang terlibat dalam terorisme berdasarkan hasil penangkapan yang telah dilakukan aparat anti terorisme selama ini.
"Tapi secara kuantitatif dibandingkan daerah lain Sumbar tidak terlalu banyak, dan kebanyakan aksi yang dilakukan di luar provinsi," kata Kepala BNPT Komjen Suhardi Alius di Padang, Senin (7/8/2017) malam.
Ia menyampaikan hal itu pada pembukaan Pelatihan Duta Damai Dunia Maya 2017 yang digelar pada 7 sampai 10 Agustus 2017, dan dihadiri oleh Gubernur Sumbar Irwan Prayitno, Kapolda Sumbar Irjen Fakhrizal, Wali Kota Padang Mahyeldi dan undangan lainnya.
Menurutnya saat ini tidak ada satu pun provinsi, kota dan kabupaten yang steril dari terorisme dan paham tersebut bisa masuk lewat mana saja.
Ia menerangkan selama ini yang menjadi target cuci pemikiran adalah anak muda yang masih labil dan mencari jati diri.
"Anak muda tersebut kemudian diprovokasi dengan ajaran yang tidak sesuai dan itu mudah sekali," ujarnya.
Oleh sebab itu, ia berharap kehadiran duta damai yang direkrut dari generasi muda bisa melakukan diseminasi dan menyebarkan pesan damai serta anti radikalisme, lanjutnya.
Ia mengakui di Sumbar tidak terlalu banyak yang terlibat terorisme karena masyarakatnya punya daya tahan namun harus berupaya ditekan jumlahnya.
"Artinya ini menjadi tugas dan tanggung jawab semua pihak melakukan langkah-langkah pencegahan," ujarnya.
Ia menyebutkan hingga saat ini secara nasional ada 1.200 orang yang telah ditangkap karena terlibat terorisme.
Namun, dengan kehadiran teknologi informasi muncul pola baru yaitu belajar di dunia maya yang tidak terstruktur, katanya.
Ia menambahkan jika anak muda tidak punya kematangan yang cukup dalam mengelola kejiwaan maka mudah dipengaruhi.
Pada sisi lain, ia menyebutkan untuk menjadi radikal tidak bisa serta merta karena ada tahapan yang dilalui.
"Cirinya suka menyendiri, suka membuat kelompok ekslusif yang tidak boleh dimasuki orang lain maka keluarga harus ambil alih," terangnya.
Begitu ada hal yang tidak lazim maka pemangku adat harus ambil peran dan melakukan deteksi, lanjut dia.
Sementara Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno mengatakan belasan warga Sumbar yang terlibat terorisme kejadiannya tidak di daerah ini.
"Artinya itu adalah orang Minang yang ada di luar," ujar dia.
Ia mengemukakan sebagai antisipasi di Sumbar sistem budaya dan kekerabatan dapat mengatasinya dengan memperkuat peran pemangku adat.
"Kalau ada yang aneh di Sumbar pasti ketahuan, jadi susah di Sumbar, kalau di luar beda tidak ada yang mengawasi," terangnya.
Akan tetapi, ia mengatakan akan terus meningkatkan kewaspadaan dan memberi apresiasi kepada BNPT yang melatih generasi muda kota Padang. (Ant/icl)