Opini
Oleh Asyari Usman (Wartawan Senior) pada hari Jumat, 08 Sep 2017 - 10:26:44 WIB
Bagikan Berita ini :

Genosida Rohingya: Pak Tito, Berhati-hatilah Menjadi POLI(TI)SI

49IMG_20170201_194417.jpg
Asyari Usman (Wartawan Senior) (Sumber foto : Istimewa )

Sebetulnya saya tidak ingin memperpanjang soal “over-stepping” (melangkah terlalu jauh) yang dilakukan oleh Pak Kapolri, Jenderal Tito Karnavian, terkait genosida warga muslim Rohingya. Tetapi, karena penyataan Pak Tito tidak hanya politis sifatnya melainkan juga menambah luka bagi orang yang berduka atas penderitaan warga Rohingya, pantas juga rasanya saya lanjutkan pembahasan terdahulu.

Pak Tito mengatakan bahwa ada kelompok tertentu yang menggoreng genosida warga Rohingya untuk menyerang Presiden Jokowi. Pak Tito menyimpulkan itu berdasarkan analisis opini tentang Rohingya yang beredar di Twitter.

Kemarin saya katakan bahwa Pak Tito merancukan fungsi beliau sebagai polisi menjadi politisi. Sebab, pernyataan seperti itu tidak punya tafsiran lain kecuali “ingin membantu posisi politik Pak Jokowi”. Kapolri dan segenap personel kepolisian tidak ditugaskan untuk mengkaunter opini publik apalagi sampai membangun opini tandingan. Pekerjaan ini adalah tugas tim politik Pak Jokowi dan para politisi pendukung beliau. Atau, pengamat politik yang pro-beliau.

Kalau pun Anda, Pak Tito, memiliki perangkat yang lengkap untuk menganalisis opini yang berkembang di masyarakat, silakan saja. Tetapi, kesimpulan analisis oleh perangkat Anda itu “haram” hukumnya untuk Anda dijual kepada khalayak. Silakan untuk konsumsi sendiri.

Mari kita pahami bahwa kaum muslimin di Indonesia, bahkan di seluruh penjuru dunia, sedang berkabung dan merasa “helpless” (tak berdaya) dalam mencerna kejadian genosida warga muslim Rohingya. Setiap individu muslimin yang di dadanya masih ada iman yang lurus, hampir pasti akan bereaksi keras terhadap kekejaman dan kekejian para pelaku pembantaian di Myanmar itu.

Di Indonesia, reaksi itu pun muncul dalam ekspresi yang beragam. Ada yang bisa mengendalikan luapan kemarahannya dan ada yang tampak “liar” dengan menggunakan bahasa yang terbaca sebagai “serangan terhadap Presiden Jokowi”. Nah, bahasa yang berkonten serangan ini pun sepatutnya dipahami sebagai bentuk frustrasi khalayak terhadap keraguan pemerintah Indonesia untuk mewakili rakyat yang rasa kemanusian dan rasa persaudaraannya itu sedang tersayat-sayat.

Pak Tito, kaum muslimin Indonesia sangat terpukul melihat penyiksaan warga Rohingya yang tak berdaya itu. Ketika Anda keluar dengan pernyataan bahwa genosida Rohingya digoreng untuk menyerang Presiden Jokowi, itu sama artinya dengan menyirami luka rakyat Indonesia dengan air garam.

Memang tidak semua orang Indonesia merasakan luka itu. Tidak juga semua petinggi dan politisi. Namun, kalau ada “tetangga yang tidak kita sukai” sedang berduka, setidaknya kita tunjukkanlah rasa simpati kita. Bukan malah mencari-cari kesalahan si tetangga, apalagi menghujat mereka dengan pernyataan yang menyakitkan perasaan. Pernyataan bahwa para pelayat yang datang ke rumah duka tetangga itu, sedang menggoreng rasa duka mereka.

Andaikata harus juga mengeluarkan pernyataan “menggoreng” itu, tunggulah setelah duka tetangga itu mereda.

Pak Tito, tentulah Anda memiliki hak untuk mendukung Pak Jokowi. Untuk membantu posisi politik beliau. Bahkan, tidak salah juga kalau Bapak terjun menjadi aktivis politik untuk Pak Jokowi.

Tetapi, ketika Anda masih memakai seragam dinas kepolisian, kami menganjurkan kepada Bapak agar berhati-hatilah menjadi POLI(TI)SI.(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
HUT RI 79 - SOKSI
advertisement
HUT RI 79 - ADIES KADIR
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Mungkin Demokrasi Sejuk

Oleh Ahmadie Thaha (Pengaruh Pesantren Tadabbur al-Qur'an)
pada hari Selasa, 22 Okt 2024
Setelah dilantik sebagai Presiden RI ke-8, Prabowo Subianto menggaungkan konsep "demokrasi sejuk." Dalam pidato pertamanya di gedung MPR/DPR, dia menekankan bahwa demokrasi harus ...
Opini

Mau Dibawa Kemana Negeri Ini

"Mengapa ada seseorang dokter yang justru menjadi wakil menteri yang mengurusi kehutanan?" Seorang kawan bertanya begitu di suatu grup WhatsApp (WA). Setengah bercanda aku menjawab, ...