JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)--Lieus Sungkharisma, Koordinator Komunitas Tionghoa Anti Korupsi (KomTak) menilai Prof Din Syamsudin bukan hanya milik Muhammadiyah ataupun umat muslim. Namun, papar Lieus, Din sudah menjadi milik seluruh masyarakat dan bangsa Indonesia.
“Din Syamsuddin memang seorang cendikiawan muslim dan ulama, tapi dia bukan hanya milik umat Islam. Dia milik seluruh warga bangsa ini,” ujar Lieus melalui pesan tertulis Minggu (18/3/2018).
Lieus Sungkharisma yang juga merupakan mantan Ketua Umum Generasi Muda Budhhis Indonesia (Gemabudhi) adalah teman seperjuangan Din semasa aktif di Organisasi Kepemudaan (OKP). “Saya sudah cukup lama mengenal pak Din. Sejak sama-sama menjadi aktivis 6 OKP,” katanya.
Menurut Lieus, meski Din Syamsuddin adalah mantan Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah dan menjadi Ketua Umum PP Muhammadiyah selama dua periode, tapi dia juga seorang aktivis, politisi dan organisatoris yang ulung. Sebagai politisi, Din, kata Lieus, punya pengalaman politik sebagai Ketua Litbang lalu Wakil Sekjen DPP Golkar.
“Dia juga pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Fraksi di MPR dan menjadi birokrat dengan jabatan Dirjen Binapenta Depnaker 1998-2000,” ujar Lieus.
Din, tambah Lieus, juga seorang organisatoris yang terampil dan mumpuni. “Ini dibuktikan saat dia selama dua periode memimpin organisasi besar Muhammadiyah dan juga menjadi Ketua Umum MUI Pusat. Selain itu, dia pun memprakarsai berdirinya sejumlah lembaga dan organisasi lintas agama, suku, dan profesi seperti Inter Religious Council Indonesia dan Pergerakan Indonesia Maju,” jelas Lieus.
Tak hanya di dalam negeri, Lieus menyebut Din Syamsuddin juga memiliki posisi di banyak organisasi internasional seperti Asian Conference on Religions for Peace/ACRP yg berkedudukan di Tokyo, Co-President of World Conference of Religions for Peace/WCRP yg berkedudukan di New York, Member od Strategic Vision Russia-Islamic World, Member of Leadership Council of UN Sustainable Development Solution Network, Chairman of World Peace Forum.
“Mungkin dia satu-satunya tokoh agama di Indonesia yang tetap kritis meski pergaulannya dengan berbagai kalangan di dalam dan luar negeri sangat luas. Saya tau dia sering bertemu dengan para tokoh dunia seperti Paus di Vatikan, PM Jepang, Syaikh Al-Azhar dan berbicara pada forum internasional seperti di PBB, Dewan Gereja Sedunia maupun dalam forum pertemuan Dunia Islam. Tapi itu tak membuatnya lupa untuk memperjuangan umat,” ujar Lieus.
“Setahu saya, meski status ketokohannya sudah mendunia, Din Syamsuddin tetap merakyat bahkan bersedia menjadi Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah Pondok Labu dan menjadi Pengasuh Pesantren Modern Internasional Dea Malela di sebuah dusun di pelosok Pulau Sumbawa,” jelas Lieus.
Saat ini, tambah Lieus, sebagai Ketua Dewan Pertimbangan MUI dan Presidium Inter Religious Council, Din Syamsuddin tetap menjalin hubungan baik dengan semua Ormas Islam dan memiliki hubungan baik pula dengan para tokoh berbagai agama di pusat maupun di daerah-daerah.
"Sepengetahuan saya, dalam setiap keadaan Bang Din selalu diminta masukan dan nasehatnya oleh semua ormas Islam itu. Karena itu saya sangat yakin Din Syamsuddin tidak akan pernah melupakan perjuangan umat. Bang Din paham akan posisinya itu,” kata Lieus.
Apalagi, tambah Lieus, meski dia seorang ulama, tapi dia juga seorang pemikir yang menguasai banyak hal baik itu politik, ekonomi, hankam dan hubungan internasional. Karena itulah, tambah Lieus lagi, Din Syamsuddin banyak mendapat penghargaan tingkat dunia dari berbagai negara seperti Bintang Derajat Utama dari Kerajaan Jordania, Star Stella d’ Italia dari Pemerintah Italia, Japanese Foreign Minister Recommendation, dan A Lifetime Achievement Award for Leadership in Religion and Culture Development dari World Chinese Economic Summit.(dia/rls)