JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Ketua DPP PDIP Bidang Kemaritiman Rokhmin Dahuri menilai, pernyataan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dalam pidato pembukaan kongres yang menyebut ada pihak yang akan menyalip di tikungan sebagai bentuk peringatan terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Menurut Rokhmin, Megawati secara tersirat ingin berpesan agar kebijakan Presiden Jokowi tidak didasarkan pada opini dan bisikan orang-orang tertentu saja.
"Beliau (Megawati) ingin membantu pak Jokowi menjadi pemerintah yang taat pada konstitusi, karena pemerintah yang tidak taat pada konstitusi, hanya akan mendengar bisikan sekelompok orang. Padahal Indonesia ini problem utamanya adalah kemunafikan," ujarnya melalui sambungan telepon dengan Radio Sindotrijaya di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (11/4/2015).
Lebih lanjut dia mengingatkan agar Presiden Jokowi selalu berpegang pada konstitusi, karena banyak pejabat yang ada di lingkarannya tidak pernah terlibat dalam perjuangan membesarkan partai. Sehingga berhati-hati , ada orang yang jadi pejabat negara tanpa terlibat dalam membesarkan partai.
"Jangan terlalu mendengarkan suara-suara yang seolah suara kebaikan tapi sebenarnya bermuatan pribadi/kelompok. Seharusnya (Jokowi) kembali lagi ke partai pendukung bukan melenggang sendiri," pinta mantan menteri Kelautan dan Perikanan itu ketika menafsirkan pidato Megawati tersebut.
Dalam diskusi Sindotrijaya dihadiri Ketua DPP Projo Sunggul Hamonangan Sirait, Wakil Ketua Fraksi Partai NasDem Jhonny G Plate, Pakar Psikologi Politik UI Dewi Haroen dan Pengamat Politik CSIS Phillips Vermonte.
Diketahui, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri tiba-tiba menyebut ada pihak yang melakukan gerakan deparpolisasi. Mereka ingin memisahkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla dengan partai pengusung, yakni PDI Perjuangan, Partai Nasional Demokrat, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Hati Nurani Rakyat serta Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia.
Gerakan deparpolisasi, kata Megawati, selalu mengatasnamakan independensi, dan bahkan menyebut partai politik adalah beban demokrasi. Putri pertama mendiang Presiden Sukarno itu pun tak memungkiri adanya berbagai kelemahan di partai politik saat ini.
Mega yakin bahwa gerakan deparpolisasi ini tidak berdiri sendiri melainkan ada simbiosis antara kekuatan anti Partai dan kekuatan modal.(yn)