JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)--Ketua Umum Pengurus Pusat Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (PP KAMMI) Irfan Ahmad Fauzi meminta Pertamina tidak melalaikan tanggungjawabnya terkait insiden tumpahan minyak di Teluk Balikpapan beberapa waktu lalu.
Dia meminta pengusutan kasus tersebut dilakukan secara sungguh-sungguh dan transparan. Mengingat akibat dari peristiwa itu bukan hanya berimbas pada sosial lingkungan, namun juga telah menelan 5 korban jiwa.
"Walaupun patahnya pipa diduga karena kapal Ever Judger, tapi pertamina juga lalai. Ini terbukti setelah dua hari kejadian, baru pertamina menyadari sumber kebocoran dari fasilitas milik pertamina. Artinya, pertamina tidak memiliki warning system. Selaku industri migas, kecerobohan seperti ini tidak bisa diterima dan sangat bahaya," kata Irfan kepada wartawan di Jakarta, Minggu (29/4/2018).
Sementara itu, Wakil Ketua Umum PP KAMMI, Barri Pratama mengatakan, insiden tersebut juga harus dibuka ke public. Siapa sebenarnya pemilik kapal Ever Jadger dengan muatan Batubara, berbendera Panama namun berasal dari China itu.
Barri mengkhwatirkan, apabila pengustutan tidak dilakukan secara transparan, terlebih bila pemilik kapal mempunyai kekuatan lobi kepada pihak penguasa, maka kemungkinan kasus Teluk Balikpapan tersebut akan menguap begitu saja.
Tidak hanya itu, lanjut Barri, pentingnya transparansi karena tidak mustahil kebocoran pipa bukan karena kapal Ever Judger seperti yang diperkirakan, melainkan karena ada praktek pencurian minyak melalui jalur pipa tersebut.
"Ini harus diusut secara tuntas dan transparan. Harus disampaikan ke publik, siapa pemilik kapal?. Jangan sampai kasus ini menguap begitu saja dan berdamai di tataran pejabat. Karena bisa jadi (bocornya minyak) bukan salahnya Ever Judger, tapi ada pencurian minyak,” bebernya.
“Aneh, kok pertamina tidak sadar kalau pipa bocor. Harusnya, hal itu cepat diketahui dari volume keluar masuknya minyak," katanya menambahkan.
Seperti diketahui, pipa minyak milik Pertamina mengalami kebocoran di kedalaman 20 meter pada tanggal 31 Maret 2018. Pipa tersebut menjalar dari Lawe-Lawe, Kabupaten Penajam Paser Utara menuju Balikpapan.
Akibat terputusnya pipa tersebut, tercemarnya minyak mentah di sekitar Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur tak bias dihindari. (Alf)