JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Sebagai sebuah ideologi, komunisme tidak akan pernah mati dan akan terus ada sepanjang sejarah manusia.
Buktinya, sampai saat ini masih ada beberapa negara seperti China, Korea Utara dan Kuba yang masih mempertahankannya sebagai ideologi negara meski mengalami beberapa penyesuaian disana sini sesuai perkembangan zaman.
Meski telah mengalami kebangkrutan politik dimana-mana, namun metode gerakan komunisme dan perilaku politiknya juga tetap sama.
Tak terkecuali soal isu kebangkitan komunisne di Indonesia saat ini tak lagi dalam bentuk seperti di era akhir tahun 1950-an dan awal-awal tahun 1960 lalu yang berorientasi merebut kekuasaan negara, namun mereka lebih memilih muncul dengan isu-isu populis kerakyatan seperti isu HAM dan lingkungan hidup.
"Ambillah contoh di kasus demonstrasi dengan membawa logo palu arit di Banyuwangi tahun 2017 lalu yang terus bergulir sampai sakarang, meski vonis pengadilan telah sampai Pengadilan Tinggi Jawa Timur dan kini kasasi ke MA," kataaktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jakarta,Rahman Sabon Nama, dalam keterangannya, Sabtu (14/7/2018)
Menurut Rahman, dalam kasus Banyuwangi isu HAM dan lingkungan hidup dihembuskan dan dimainkan di tengah-tengah warga untuk menimbulkan pertentangan antar kelas, antar kelompok sosial kemasyarakatan.
"Yang pasti, maju dan gerak roda ekonomi dan pariwisata di Banyuwangi saat ini sangat terganggu dengan isu-isu tak produktif yang dihembuskan oleh pendukung komunisme di sana yang memanfaatkan isu HAM dan lingkungan hidup untuk menggalang simpati warga," ungkap Rahman.
Sebagai kader NU, tambah Rahman, pihaknya mendukung penuh perlawanan dari PCNU Banyuwangi yang getol melawan kebangkitan komunisme karena trauma sejarah pembantaian GP Ansor disana pada tahun 65, dimana warga di sana sejatinya tak sadar telah disusupi dan terinfiltrasi simbol-simbol PKI.
Lebih aneh lagi, menurut dia, ada seorang yang dijatuhi hukuman karena membawa bendera palu arit, lantas menuding perusahaan tambang tidak mengindahkan HAM dan merusak lingkungan. "Ini apa hubungannya?," ucap Rahman penasaran.
Karenanya, kata dia, warga harus terus diadvokasi untuk menghindari ketidaktahuan sehingga merasa bahwa isu HAM dan lingkungan yang di sampaikan kelompok yang saat ini eksis di Banyuwangi yang di dukung afiliasi NGO di tingkat nasional adalah isu populisme rakyat.
"Kami akan kawal jangan sampai warga dimanfaatkan untuk kepentingan kelompok mereka. Bagi kami kader muda NU, NKRI dan Pancasila adalah final dan harga mati tak ada tempat bagi ideologi lain ibu pertiwi," pungkasnya. (Alf)