JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Aksi demo mahasiswa pada 20 Mei 2015 terkait peringatan kejatuhan Soeharto, dinilai tidak murni. Bahkan aksi tersebut disinyalir ingin menjatuhkan kepemimpinan Presiden Jokowi.
Menurut aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Ericson Hutabarat, aksi mahasiswa pada 20 Mei nanti patut diduga membawa kepentingan politik tertentu. Terlebih jika platformnya menjatuhkan presiden yang sah hasil pemilu yang demokratis.
Bahkan Eric menuding ada kekuatan orde baru di balik aksi mahasiswa tersebut. "Ini seperti by design konsolidasi orba yang ingin come back setelah 17 tahun runtuh," ujarnya kepada TeropongSenayan di Jakarta, Jumat (24/4/2015).
Demo mahasiswa pada 1998 silam, kata alumnus IISIP, memiliki platform yang jelas. Yakni turunkan Soeharto, cabut dwifungsi ABRI dan berantas KKN. Karena memang pada saat itu, kehidupan masyarakat di bawah rezim Soeharto sangat tidak demokratis.
Menurut Eric, siapapun yang berseberangan dengan Soeharto akan dipenjara. Namun saat ini sudah beda kondisinya. Jokowi terpilih secara langsung dan demokratis, begitu juga wakil rakyat. "Partai politik multipartai, tidak seperti zaman orba yang hanya tiga partai di bawah kendali Soeharto. Kebebasan berbicara, berorganisasi, dan berkumpul terjamin. Jadi sangatlah tidak rasional jika menyamakan Jokowi dengan rezim orba yang 32 tahun menindas rakyat," katanya
Eric mengingatkan kepada mahasiswa sekarang untuk tidak terjebak dalam politik praktis, apalagi ditunggangi kepentingan politik tertentu dalam setiap aktivitasnya. "Demo itu boleh dan sah-sah saja di negara ini. Tapi persoalannya ketika demo itu ditunggangi kepentingan politik, itu menjadi tidak murni. Tidak seperti demo tahun 1998 silam," tegas Eric.
Terakhir, sambung Eric, sangat aneh jika platform mahasiswa sekarang itu menjatuhkan presiden yang sah. Karena Jokowi baru enam bulan memimpin dengan segudang waisan persoalan rakyat yang tentunya menyita banyak pekerjaannya sebagai presiden. "Kalau mau tuntutannya soal kebijakan Jokowi-nya, bukan sosoknya. Jadi itu lebih obyektif dan aspirasi itu disampaikan ke DPR sebagai wakil rakyat yang notabene juga wakil mahasiswa," pungkasnya. (ec)