JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)--Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono menilai, Presiden Joko Widodo tidak konsisten dengan pernyataannya soal acara pertemuan IMF dan World Bank Group (WBG) di Bali.
Menurut Arief, saat Konferensi Asia Afrika di Jakarta April 2015 lalu, Jokowi sangat gagah berpidato di depan anggota KTT bahwa IMF dan World Bank merupakan organisasi keuangan dunia yang usang.
"Lah kok engga batalin aja tuh annual meeting IMF dan World Bank. Malah sekarang diselenggarakan dengan megah yang dibiayai dari duit masyarakat dan sangat mahal sekali," kata Arief di Jakarta, Rabu (10/10/2018).
"Sampai-sampai semua pesertanya dianggarkan untuk dapat cinderamata gratis yang biayanya ratusan miliaran," tambahnya.
Meski begitu, Arief mengingatkan agar pertemuan tersebut tidak membuat Indonesia makin merugi.
"Yang penting engga bikin malu bangsa Indonesia ya," ujarnya.
"Terutama bisa membuat kurs rupiah menguat hingga 10 ribu rupiah per dolar," tuturnya.
Selain itu, Joko Widodo harus bisa meyakinkan IMF dan World Bank untuk bisa memberikan pinjaman lunak untuk merehabilitasi dan membangun kembali daerah yang terkena bencana seperti di Lombok dan Sulawesi Tengah.
"Sebab, kedua daerah bencana tersebut,
masyarakatnya sangat berharap infrastrukturnya bisa pulih sedia kala. Dan artinya dana yang hampir satu triliun keluar untuk annual meeting IMF dan WB tidak sia-sia ya," paparnya.
"Dan ingat loh jangan lagi gagahan ngomong kalau IMF dan World Bank itu organisasi usang kalau belum tahu benar fungsi dan manfaat kedua organisasi tersebut," jelasnya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengatakan kondisi dunia masih sarat dengan ketidakadilan dan ketidakseimbangan.
Contohnya kesenjangan sosial antara negara kaya dan miskin. Ketidakadilan global, kata dia, masih dirasakan sekelompok negara yang belum diakui negara-negara global lain.
Menurut Presiden Jokowi, negara-negara di kawasan Asia-Afrika harus membangun tatanan ekonomi dunia baru yang terbuka untuk kekuatan-kekuatan ekonomi baru.
Jokowi mendesak dibukanya reformasi arsitektur keuangan global untuk menghilangkan dominasi kepentingan negara atas warga negara lain.
Asia-Afrika harus bisa lepas dari ketergantungan pada institusi keuangan global.
"Pandangan yang mengatakan persoalan ekonomi dunia hanya bisa diselesaikan oleh Bank Dunia, IMF (International Monetary Fund), dan ADB (Asian Development Bank) adalah pandangan usang yang perlu dibuang," kata Jokowi saat membuka Konferensi Asia-Afrika di Jakarta Convention Center di Senayan, Rabu (22/4/ 2015).(yn)