JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Ketua Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI), Didi Suprijadi menyesalkan sikap Presiden Jokowi yang tidak mau menerima perwakilan dari puluhan ribu guru honorer saat menggelar aksi unjuk rasa di depan Istana, Selasa (2/11/2018) lalu.
Didi menilai Jokowi tidak punya niat baik untuk memperhatikan nasib para pahlawan tanpa tanda jasa itu.
Padahal, kata dia, para guru hanya meminta pemerintah memberikan kejelasan atas nasib mereka.
"Ini agak dilema juga bagi kami di guru, karena sekian banyak guru honorer, sampai tidur di depan Istana tapi tidak digubris, ada yang jalan kamilong marcsampai Istana juga enggak diterima," sesal Didi dalam diskusi bertajuk 'Vokasi dan Ironi Pendidikan di Era Milenial' di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (10/11/2018). Dalam kesempatan ini hadir pula politikus PDI-P Effendi Simbolon.
Didi berharap agar tuntutan para guru honorer untuk diangkat sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) segera disampaikan ke Jokowi.
"Mudah-mudahan Pak (Effendi) Simbolon akan membuka hati (Jokowi) ini," harapnya sembari menekankan Effendi merupakan seorang politisi dari partai pendukung pemerintah yang selalu membela kepentingan para guru dan guru honorer.
Menurut Didi, dari 1,2 jutaan guru honorer, tidak sedikit yang sudah mengabdi hingga 10, 20 bahkan 30 tahun lamanya.
"Malah tadi pagi ada satu orang guru yang pensiun guru honor, sudah umur 60 tahun gaji terakhirnya Rp 160 ribu per bulan. Coba ironi tidak?, di negara yang katanyagemah ripah loh jinawi, ada pekerja dan pekerjaannya itu di instansi pemerintah, Kemendikbud, di sekolah," ungkap dia.
Menurut Didi, diangkatnya guru honorer menjadi ASN sebenarnya bukanlah karena masalah negara tidak punya uang. Melainkan karena tidak adanya kemauan dari pemerintah sendiri.
"Sebetulnya problemnya mungkin orang tahu. Tapi niatnya (pemeritah) yang tidak ada. Good will-nya itu yang kurang. Sebetulnya kalau niatnya ada, ini kan (tuntutan) guru dari tahun 2005," pungkas Didi.
Guru Honorer Gigit Jari
Diketahui, sebelumnya aksi para guru honorer K2 melakukan unjuk rasa sampai menginap di jalanan seberang Istana harus berakhir sia-sia.
Mereka terpaksa gigit jari setelab Pesiden Jokowi cuek dan enggan menanggapi aksi demonstrasi yang diikuti 70.000 guru dari berbagai daerah itu.
Sementara, pihak istana juga tidak memberikan solusi yang bisa memenuhi tuntutan para guru.
Ketua ForumHonorerK2 Indonesia (FHK2I) Titi Purwaningsih mengatakan, aksi unjuk rasa itu sudah dilakukan di seberang Istana sejak Selasa (30/10/2018). Namun karena tak ada tanggapan Jokowi atau pihak Istana, akhirnya massa pun bermalam di sana dengan beralaskan aspal dan beratapkan langit.
"Kami rela tidur di depan Istana, bayar sewa bus jadi lebih mahal hanya karena ingin mendapat jawaban dari Jokowi," kata Titi, Kamis (1/11/2018).
Setelah bermalam di seberang Istana, pada Rabu paginya, aksi kembali dilanjutkan. Akhirnya perwakilan massa diterima oleh perwakilan Deputi IV Kantor Staf Kepresidenan (KSP) pada Rabu sore.
Namun, menurut Titi, pihak KSP tak menjanjikan apapun terkait nasib para guru honorer. Permintaan agar para guru honorer bisa bertemu langsung dengan Presiden Jokowi atau menteri terkait juga ditolak oleh pihak KSP.
"Kami menolak untuk melanjutkan mediasi dengan mereka karena percuma, tidak ada solusi. Mereka pun tidak tau bagaimana mempertemukan kami dengan Presiden," sesal Titi.
Akhirnya, pada Rabu sore itu, para guru honorer terpaksa membubarkan aksi tanpa membawa hasil.
Padahal, Titi mengatakan, pada dasarnya para guru honorer hanya menagih janji yang pernah disampaikan Jokowi. Ia menceritakan, pada Juli lalu pernah bertemu Jokowi dalam acara Asosiasi Pemerintah Daerah.
Saat itu ia mengeluhkan soal nasib guru honorer yang sudah berpuluh tahun mengabdi namun tak kunjung diangkat menjadi pegawai negeri sipil.
Titi juga menyampaikan surat dengan harapan para guru honorer bisa beraudiensi langsung dengan Kepala Negara.
Menurut dia, saat itu Jokowi berjanji akan menyelesaikan masalah yang dihadapi guru honorer.
"Katanya 'ia akan diselesaikan'. Kalau tidak ada janji, kita enggak akan nagih. Kalau dari awal bilang tidak bisa kan lebih enak," kata Titi.
Nyatanya, menurut Titi, kebijakan pemerintah saat ini tak sesuai dengan janji Jokowi. Sebab, pemerintah hanya membuka kesempatan guru honorer yang bisa mengikuti tes CPNS adalah yang berusia dibawah 35 tahun. Padahal, banyak guru honorer yang sudah berusia di atas itu.
Respons Jokowi
Presiden Jokowi tak bereaksi saat kantornya didemo oleh para guru honorer. Sepanjang hari Selasa itu, Jokowi tetap bekerja seperti biasa.
Pagi harinya, Kepala Negara menghadiri acara Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) di Hotel Grand Mercure, Kemayoran, Jakarta. Sementara pada sore harinya, Presiden Joko Widodo meninjau posko evakuasi pesawat Lion Air JT 610 yang jatuh di perairan Karawang. Posko evakuasi berada di Jakarta International Container Terminal (JICT) di Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Lalu pada malam harinya, pukul 22.00 WIB, saat sebagian guru honorer sudah terlelap tidur di sebrang Istana, Jokowi memilih blusukan ke pasar di wilayah Bogor untuk mengecek harga sembako.
Keesokan harinya, saat ditanya wartawan soal demo guru honorer, Jokowi pun enggan menjawab. Ia hanya tersenyum dan langsung pergi meninggalkan wartawan. Padahal sebelumnya Jokowi mau menjawab pertanyaan seputar acara Indonesia Science Expo yang dihadirinya.
Sikap cuek Jokowi ini disesalkan oleh Titi. "Kami diabaikan. Senangnya blusukan saja itu presiden entah kemana. Tetapi kami tidak diperhatikan," kata Titi. (Alf)