JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA Adjie Alfaraby menekankan pentingnya political literacy, mengingat hampir semua orang menggunakan media sosial yang dipenuhi informasi yang masih perlu diverifikasi.
“Political literacy, jadi memang penting kita membangun literasi baik digital atau tanpa digital, karena banyak beredar di media sosial. Sehingga ini juga kemudian membantu kita memverifikasi berbagai informasi yang beredar,” tutur Adjie dalam keterangannya, Sabtu, (17/11/2018).
Adjie mengatakan, dengan political literacy, masyarakat akan memahami informasi politik secara baik dan framing hoaks dapat dihindari. Ia juga menilai bahwa tidak selamanya informasi di media sosial itu hoaks.
“Jangan kita terjebak pada framing hoaks, bahwa semua kita anggap hoaks, karena kritik juga penting untuk menjaga kualitas informasi di media sosial,” tandasnya.
Direktur (KCI) LSI ini juga mengatakan bahwa PB HMI harus melakukan fact checking atau mengecek fakta pada setiap informasi yang diterima.
“Penting saya sampaikan bahwa PB HMI harus aktif melakukan fact checking untuk kedua kalinya. Jadi sebagai sebuah gerakan yang berbasis keilmuan, namanya independen itu kita melakukan politik secara high politics,” tukasnya.
“Jadi high politics itu adalah politik berdasarkan nilai, tidak berpihak pada salah satunya. Solusi teknis, saya mengusulkan agar deklarasi teman-teman harus ditekankan pada pentingnya fact checking terhadap apa yang disampaikan oleh kedua kandidat,” imbunya.
Adjie menegaskan bahwa PB HMI selain menjaga independensi-nya, juga perlu menerapkan politik moral dengan cara fact checking terhadap setiap isu dan program keduanya.
“Pencapaian-pencapaian keduanya itu bisa dilakukan fact checking dan disebarkan melalui media sosial PB HMI atau website dan selebaran. Disitulah politik moral atau high politics PB HMI,” pungkasnya. (Alf)