YOGYAKARTA (TEROPONGSENAYAN)– Sebagai upaya meredam suhu politik menjelang Pemiluhan Umum (Pemilu 2019) pada17 April mendatang yang semakin meningkat, Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) akan menggelar pidato kebangsaan, Minggu (31/3/2019).
Kegiatan yang direncanakan akan dihelat di Pendopo Bangsal Kepatihan, kompleks Kantor Gubernur DIY tersebut menghadirkan sejumlah tokoh nasional dan DIY. Yaitu, Sri Sultan Hamengku Buwono X (Gubernur DIY) yang didaulat menyampaikan keynote speaker (pidato pembuka). Selanjutnya, pidato kebangsaan akan disampaikan para tokoh alumni HMI, yaitu Dr. Hj. Siti Ruhaini Dzuhayatin, M.A (Staf Khusus Presiden Bidang Keagamaan Internasional), Drs. Suwarsono Muhammad, M.A (Penasihat KPK 2013-2015, Ketua Badan Wakaf UII), Dr. Senawi, M.P (Dirmawa UGM 2012-2017, Lurah Kemahasiswaan Nasional 2013-2017), dan Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M. Ag (Dosen PascaSarjana UNY). Sementara itu, bertindak selaku moderator, Hakimul Ikhwan, Ph.D (Sekretaris Jurusan Sosiologi UGM).
Ketua Penyelenggara (Steering Committee), Retna Susanti SH mengatakan, Pidato Kebangsaan digelar berangkat dari keperihatinan bersama Keluarga Besar HMI, baik kader maupun Alumni HMI atas fenomena politik,dimana potensi perpecahan antar sesama anak bangsa semakin meruncing.
"Kita bisa merasakan bersama apa yang terjadi di tengah masyarakat di tahun politik ini. Tak jarang gara-gara beda pilihan politik, beda Capres, sesama saudara bertengkar. Ini yang membuat kami prihatin. Oleh karenanya, kami akan menggelar pidato kebangsaan sebagai upaya meredam potensi perpecahan antar sesama masyarakat, untuk mendorong terlaksananya pemilu yang damai dan berkeadaban," kata Retna dalam keterangan Pers.
Retna menjelaskan, menurut data Kepolisian Republik Indonesia (POLRI), secara nasional DIY masuk dalam 15 provinsi yang memiliki kerawanan tinggi dalam hal keamanan sebelum, saat dan sesudah pemilu 2019. Untuk tingkat Kota Madya,Kota Yogyakarta juga masuk dalam 10 kota yang diwaspadai rawan konflik dalam pesta demokrasi.
Menurutnya banyak faktor penyebab kenapa DIY justru berpotensi rawan konflik politik. Yogyakarta, kata dia, di sisi lain kota Pelajar dan Kota budaya, namun di lain sisi pengguna Sosial Media (Sosmed) juga tinggi,
"Konflik politik salah satunya dipicu Sosmed. Banyak kampanye hitam yang tidak mendidik jelang Pemilu 2019 ini, termasuk politisasi Agama, hoax, fitnah, ujaran kebencian dan segala bentuk kekerasan. Kami keluarga Besar HMI menolak itu semua," tegas Retna yang alumni HMI Cabang Bulaksumur (plt)