JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah mengatakan bahwa adu argumen atau sering disebut narasi dibutuhkan untuk membangun negeri menjadi lebih baik. Namun dalam pengamatannya, banyak kelompok yang tidak mau berpayah-payah membangun argumen.
“Mereka memilih membonceng kekuasaan dan membangun pengaruh dengan kekuasaan di belakang layar,” kata Fahri Hamzah lewat cuitannya dalam akun Twitter pribadi, Sabtu (20/7/2019).
Karena, lanjut inisiator Gerakan Arah Baru Indonesia (GARBI) ini, kekuasaan itu meski di tangan orang dungu dia tetap lebih berpengaruh dari pikiran raksasa para filsuf. Mengapa? Karena membangun pemikiran alternatif memang pekerjaan yang sulit.
“Tapi hal tersebut harus dilakukan untuk menahan laju pemerintah agar tidak kebablasan. Bagi oposisi, bangunlah mazhab berpikir yang serius,” ujarnya.
Fahri mengakui bahwa ide-ide yang muncul memang acapkali kalah saat berhadapan dengan aura kekuasaan dan uang yang meniup imajinasi publik dan syahwat sederhana.
"Tapi mengapa argumen tetap diperlukan? Karena semua pasti bermula dari ide dan pikiran. Bahkan pragmatisme pun adalah argumen. Sinisme itu ide,” terangnya.
Lebih lanjut, Fahri berharap penguasa akan melihat pikiran sebagai sesuatu yang berharga. Sehingga, ruang gerak bagi pikiran dibuka lebar dan kehendak untuk melakukan persekusi terhadap argumen ditutup rapat.
Menurutnya, semakin sedikit menggunakan pemaksaan dengan kekuasaan maka semakin harmoni tercipta. Tapi jika kekuasaan semakin memaksakan kehendak dan malas berargumen, maka kehancuran semakin cepat tercipta.
"Inilah hukum besi sejarah. Inilah hukum alam. Sunatullah dalam kehidupan,” tutup Anggota DPR RI dari Dapil Nusa Tenggara Barat (NTB) itu.