JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Ketua Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Simanjuntaak mengatakan bahwa kekerasan terhadap masyarakat Rohingya tidak lepas dari peran negara. Menurutnya, pemerintah Myanmar menjadi pemicu utama rasisme yang menyebabkan masyarakat Rohingya memilih lari dari negaranya.
"Pertama-tama konflik Rohingya adalah konflik etnis dan Agama. Dan jangan lupa pemcunya adalah negara," ujar Dahni dalam diskusi "Nestapa Kemanusiaan, Save Rohingnya" di Kantor PP Dakwah Muhammadiyah,Jakarta, Kamis (21/5/2015).
Dituturkan Dahnil, semangat pembasmian etnis Rohingya berlangsung sejak tahun 1982. Kala itu, imbuh Dahnil, seorang pemimpin Junta militer bernama Jenderal Wing menetapkan kebijakan pencabutan kewarganegaraan bagi warga Rohingya.
"Ada semangat rasialisme luar biasa yang dilakukan oleh Negara," katanya.
Ia mengimbau agar masyarakat Indonesia dapat secara bersama-sama memikirkan nasib dan membantu pengungsi Rohingya. Menurutnya, beban berat harus dihadapi pengungsi Rohingya karena ancaman yang dihadapinya jika harus kembali ke negaranya.
"Media-media internasional dalam penelitiannya menyatakan pengungsi Rohingya merupakan pengungsi paling menderita nomor satu di dunia. Tetapi sejauh ini belum ada tekanan bagi Myanmar karena lembaga-lembaga internasional dan ASEAN tidak memberikan sikap, termasuk Indonesia," ungkapnya. (iy)