JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) –Faisal Basri diingatkan juniornya Dradjat Wibowo sebagai sesama ekonom. Faisal dinilai, sebagai senior telah salah membuat hubungan kausaitas sehinga tidak layak lulus apabila menjadi mahasiswanya.
“Sebagai akademisi yang jujur mestinya Bang Faisal berhati-hati dalam membangun hubungan kausalitas antara fakta-fakta. Kalau mahasiswa bimbingan saya seperti itu pasti tidak akan saya luluskan,” kata Dradjat Wibowo dalam siaran pers yang diterima TeropongSenayan, Selasa (26/05/2015).
Pernyataan Dradjat terkait analisis Faisal Basri yang menyebutkan bahwa perintah pembangunan smelter (pabrik pengolahan tambang) dikaitkan dengan Pilpres 2014 lalu. Padahal soal smelter merupakan perintah UU Nomor 4 tahun 2009 Tentang Minerba yang wajib berlaku 12 Januari 2014. Tak ada hubungan dengan Pilpres sama sekali.
“Lagi pula apa keuntungannya Pilpres dengan urusan smelter, ini analisis salah sama sekali dan tidak ada hubungannya sama sekali,” tambahnya.
Saat penyusunan RUU Minerba, dimana Dradjat masih menjadi Wakil Ketua Fraksi PAN DPR, banyak tekanan asing dan antek-anteknya agar Indonesia tidak perlu membangun smelter.
“Mereka ingin Indonesia tetap sebagai eksportir mineral mentah," katanya.
Kekayaan alam Indonesia ingin dikuras mentah-mentah, biar mereka yang menikmati nilai tambah dari pengolahan. “Indonesia cukup jadi kuli keduk saja. Siapa mereka?, mereka adalah raksasa-raksasa tambang di Indonesia maupun dunia,” ujar Dradjat.
Menurut Dradjat, pertarungan ideologi ekonomi tidak akan pernah berhenti. “Saya berharap pemerintahan Jokowi-JK konsisten menjalankan perintah UU tersebut dan tidak tunduk pd tekanan asing dan antek-anteknya,” ungkap Dradjat.(ss)