JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Bertambahnya angka meninggal dunia akibat COVID-19 di masyarakat beriringan dengan bertambahnya korban di kalangan medis. Hingga kemarin (4/4/2020), Ikatan Dokter Indonesia (IDI) merilis jumlah tenaga medis yang wafat setelah berjuang merawat pasien Corona mencapai 20 orang.
Komisi Kesehatan (Komisi IX) di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah menyampaikan duka atas kasus ini. Di sisi lain kekhawatiran terhadap dampak wabah Corona masih belum surut. Padahal, pemerintah sejauh ini telah berbuat banyak mengatasi penyebaran ini agar tak makin meluas, namun tetap saja virus ini terus menampar penduduk negeri.
Anggota komisi IX DPR, Rahmad Handoyo, mengingatkan kepada masyarakat untuk menggunakan masker ketika hendak berobat ke dokter. Pasalnya, virus korona yang terkadang tidak menunjukkan gejala pada diri seseorang, tanpa sadar bisa menularkan virus ke kalangan dokter. Tindakan ini juga mesti disertai protokol kesehatan yang sudah ditetapkan oleh pihak medis.
"Perlu kita tekankan, agar semua pasien yang COVID-19 atau bukan ketika berkunjung ke dokter harua menggunakan masker dan protokol kesehatan yang harus ditaati, agar pasien yang tidak ada tanda-tanda COVID-19 namun [ternyata] sudah terpapar Corona, tidak menularkan kepada para medis kita," kata Rahmad saat dihubungi, Minggu (5/4/2020).
Hal lain yang tidak kalah penting, ujar politikus PDI Perjuangan ini, adalah mematuhi imbauan pemerintah tentang menjaga jarak antar warga atau sosial distancing. Jika memang belum ada karantina wilayah atau local lockdown di Indonesia, setidaknya masyarakat mau menjalankan karantina mandiri dengan mengurangi kegiatan di luar rumah dan menjaga diri di dalam rumah.
Kalau pun hendak keluar rumah, menurut Rahmad, masyarakat dianjurkan mengenakan masker. Upaya itu dilakukan karena siapa pun bisa saja menjadi penyebar (carrier) virus tanpa meski kondisi tubuh terlihat sehat.
"Masyarakat umum juga harus tertib dan disiplin terhadap protokol pemerintah yang menganjurkan masyarakat tetap di rumah, dan di luar rumah menggunakan masker, baik yang menggunakan masker kain maupun masker sesuai dengan standar kesehatan, maka akan bisa menekan korban terutama di kalangan medis," ujar legislator dari daerah pemilihan Jawa Tengah V ini.
Rahmad juga mengingatkan agar para tenaga medis yang menjadi garda terdepan melawan virus ini juga mematuhi protokol yang telah ditetapkan, yakni dengan setia menggunakan alat pelindung diri (APD) saat bekerja menangani pasien. Dia menekankan, jika sewaktu-waktu kehabisan APD, dokter atau perawat sesekali jangan memberanikan diri untuk turun langsung mengobati pasien Covid-19.
"Patuhi protokol kesehatan, agar yang tidak ada tanda-tanda Covid-19 namun ternyata sudah terpapar korona, tidak menularkan kepada para tenaga medis kita"
Oleh sebab itu, persediaan APD dan dukungan kesehatan lainnya menjadi peran penting bagi pemerintah. Pemerintah harus menjamin keselamatan para tenaga medis jika menginginkan masyarakat selamat dari terjangan wabah ini.
"Dari hasil rapat kerja pemerintah dengan Komisi IX dua hari yang lalu telah memutuskan pemerintah berkomitmen untuk memenuhi kelengkapan kebutuhan APD. Kedua, dalam hal pandemi virus ini, yang paling penting, paramedis yang tidak menggunakan APD standar harus diprioritaskan untuk menyelamatkan diri sendiri dulu baru membantu pasien untuk mencegah terus bertambahnya korban para dokter dan medis lainnya," jelasnya.
Untuk diketahui, IDI kembali mengumumkan sejawatnya yang meninggal dunia akibat terjangkit virus korona. Kemarin, (4/4), tiga dokter dinyatakan wafat. Wafatnya mereka kembali menambah daftar tenaga medis yang meninggal akibat bertarung di garda depan melawan pandemi virus corona.
Adapun nama dokter IDI yang gugur karena virus Corona saat ini mencapai 20 orang, sebagai berikut:
1. Prof. dr. Iwan Dwiprahasto, M. Med. Sc, Ph.D (GB FK UGM-IDI Cab. Yogyakarta).
2. Prof. Dr. dr. Bambang Sutrisna, MHSc (GB Epidemuologi FKM UI-IDI Cab. Jakarta Timur).
3. dr. Bartholomeus Bayu Satrio Kukuh Wibowo (IDI Cab. Jakarta Barat).
4. dr. ExsenvenyLalopua, M. Kes (Dinkes Kota Bandung-IDI Cab. Bandung).
5. dr. Hadio Ali, Sps (Perdossi DKI Jakarta-IDI Cab. Jakarta Selatan).
6. dr. Djoko Judodjoko, Sp. B (IDI Cab. Kota Bogor).
7. dr. Adi Mirsaputra, Sp. THT (IDI Cab. Kota Bekasi).
8. dr. Laurentinus P., Sp. Kj (RSJ dr. Soeharto Herdjan-IDI Cab. Jakarta Timur).
9. dr. Ucok Martin, Sp. P (Dosen FK USU-IDI Cab. Medan).
10. dr. H. Efrizal Syamsudin, MM (Direktur RSUD Prabumulih-IDI Cab. Prabumulih).
11. dr. Ratih Purwarini (Direktur RS Duta Indah Jakut-IDI Cab. Jakarta Timur).
12. Laksamana TNI (Purn) dr. Jeane PMR Winaktu, SpBS (mantan Kadiskesal RSAL dr. Mintohardjo-IDI Cab. Jakarta Pusat).
13. Prof. DR. dr. Nasrin Kodim, MPH (Guru Besar Epidemiologi FKM-UI).
14. dr. BernadetteAlbertineFrancisca T, Sp. THT-KL (IDI Cab. Makassar).
15. Dr. dr. Lukman Shebubakar, Sp.OT(K), Ph.D (IDI Cab. Jaksel)
16. dr. Ketty Herawati Sultana (IDI Cab. Tangerang Selatan).
17. dr Heru Sutantyo (UNDIP).
Adapun, dokter gigi yang gugur karena COVID-19:
1. drg. Umi Susana Widjaja, Sp. PM.
2. drg. Yuniarto Budi Santosa, MKM.
3. drg. Amutavia P. Artsianti, Sp. Ort.