JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) Rumah makan cepat saja asal Amerika Serikat (AS), McDonalds Singapura akan menutup restorannya hingga 4 Mei mendatang. Layanan drive through dan delivery juga ditiadakan.
"McDonald"s Singapura telah disarankan oleh Departemen Kesehatan bahwa sebagai tindakan pencegahan dalam memerangi COVID-19 di Singapura," bunyi pernyataan itu
Menurut channelnewsasia.com (19/4/2020), penutupan sementara itu merupakan dari adanya lima karyawan McDonalds di sana yang terpapar COVID-19, yang menyebabkan empat outletnya ditutup.
“Ini belum pernah terjadi sebelumnya bagi kita semua. Kami telah melakukan semua yang kami bisa untuk menempatkan setiap tindakan pencegahan keselamatan untuk menjaga keselamatan karyawan dan pelanggan kami," kata direktur pelaksana McDonald"s Singapura Singapura Kenneth Chan.
Awal bulan ini, lima karyawan McDonald"s didiagnosis dengan COVID-19, membentuk sekelompok kasus terkait. Para karyawan bekerja di outlet di Lido, Forum Galleria, Parklane dan Geylang East Central.
Selang beberapa hari, McDonald"s menutup restorannya di Terminal 3 Bandara Changi dan toko drive-through di kios bensin Shell di sepanjang Tampines Ave 2 setelah dua karyawan dinyatakan positif COVID-19.
Semua karyawan di restoran itu juga cuti 14 hari. Dengan adanya kasus itu, berarti total karyawan McDonald"s yang terinfeksi menjadi 7 hari.
McDonalds tentu saja akan terpengaruh ditutupnya outlet di Singapura. Bayangkan, rantai makanan cepat saji ini sungguh luar biasa. Perusahaan tersebut mempekerjakan lebih dari 10.000 karyawan dan mengoperasikan lebih dari 135 restoran di Singapura.
Selain itu ada layanan 17 drive-through, 42 kios makanan penutup dan 48 gerai McCafé. Diperkirakan 6 juta pelanggan di negeri Singa mendapatkan layanan tersebut per tahun.
Singapura sendiri mengalami lonjakan COVID-19 dalam dua hari terakhir. Sehari sebelumnya jumlah kasus baru di negeri jiran ini menembus angka di atas 900 orang. Hari ini ada lebih dari 800 kasus pula.
Kejadian yang menimpa McDonalds Singapura tentu mengejutkan. Karena selama ini pemerintah di beberapa negara – termasuk di Indonesia - masih membolehkan perusahaan di bidang makanan dan minuman untuk tetap buka, tetapi membatasi layanan makan di tempat.
Dengan kejadian itu, pelayanan drive through dan delivery yang diterapkan perusahaan makanan dan minuman untuk mencegah kerumunan massa pada saat makan di tempat, tidak menjamin pegawainya akan aman dari COVID-19.