JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) – Masalah menipisnya peralatan tes virus Corona tak cuma dihadapi pemerintah Indonesia. Di beberapa negara, termasuk negara maju seperti Jepang pun mengalaminya. Padahal penduduknya jauh lebih sedikit dibandingkan Indonesia, apalagi kekayaan dan teknologinya.
Tapi begitulah negara seperti Jepangketika menghadapi wabah COVID yang telah menginfeksi puluhan ribu warga Jepang. Kekurangsiapan menghadapi wabah mulai dikritisi banyak orang, termasuk pengusaha kaya Jepang.
Seperti dilansir reuters.com (22/4/2020), Pemilik fashion bermerk Uniqlo ikut-ikut mengritik cara Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menghadapi COVID-19. Ia mempertanyakan penanganan COVID, terutama dalam penyediaan peralatan pengujian penyakit mematikan tersebut.
Tadashi Yanai, nama pemilik itu, menyebut bahwa mengumumkan Jepang dalam keadaan darurat tetapi tidak mermpersiapkan lebih dulu pengujian massal merupakan kesalahan.
"Setiap warga negara harus diuji sehingga pasien dapat diidentifikasi dan diisolasi," ujarnya.
Pandemi global telah memaksa perusahaan untuk menutup toko Uniqlo di seluruh dunia. Sementara itu sebagian besar dari 750 toko di Cina telah dibuka kembali. Kemudian sekitar 600 toko di Jepang ditutup sementara atau beroperasi dengan jam kerja lebih pendek.
Sebelum Yanai berkomentar, chief executive officer SoftBank Group Corp Masayoshi Son juga menyalahkan Abe. Menurutnya, gara-gara pandemi itu,
Melalui akun Twitternya, Masayoshi Son mengkritik Shinzo Abe menyoal soal pembatasan sosial yang mencapai 70-80%. Menurutnya, hal itu tidak akan tercapai, lantaran arena pemerintah masih bertumpu pada respons di bidang keuangan.
“Mereka mengurangi kompensasi cuti dan tak akan bisa mengurangi 80% interaksi secara tepat,” ujarnya melalui cuitannya.
Masayoshi juga mempertanyakan langkah Jepang menunjuk menteri ekonomi untuk menghadapi pandemi. Padahal Amerika Serikat menempatkan tenaga medis.