JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) – Lockdown, selain memiliki sisi positif, juga memiliki sisi negatif. Sisi negatifnya toko-toko terutama toko makanan dan restoran tutup serta jalanan sepi. Akibatnya banyak tikus berkeliaran di jalan.
Itu yang terjadi di kehidupan Kabukicho, Tokyo, Jepang. Di sana banyak bar dan tempat hiburan dewasa telah tutup. Sebaliknya, tikus-tikus berlarian melalui jalan-jalan yang sebagian besar kosong pada suatu malam.
Stasiun televisi milik pemerintah NHK memperlihatkan puluhan tikus berlari di jalan yang sepi, berlomba di antara gedung-gedung dan mencari makan di kantong sampah di sana.
"Restoran ditutup dan sampah (tikus) makan habis, jadi mereka mencari makanan," kata pejabat Asosiasi Pemusnahan Tikus Tsutomu Tanikawa, dalam situs reuters.com (28/4/2020).
"Jumlah orang semakin sedikit, dan ketika tikus lapar, mereka menjadi kurang waspada terhadap manusia," katanya. "Ini bukan hanya masalah Jepang, itu terjadi di seluruh dunia."
Jepang tidak memiliki penguncian wajib seperti beberapa negara lain. Tetapi Perdana Menteri Shinzo Abe menyatakan keadaan darurat untuk tujuh prefektur, termasuk Tokyo pada 7 April. Dengan keadaan daurat tersebut, pemerintah pusat memberikan wewenang kepada gubernur untuk meminta bisnis ditutup dan orang-orang tinggal di rumah. Lalu kebijakan itu diperluas secara nasional.
Meski banyak tikus berkeliaran, belum ada laporan warga mengenai tikus-tikus yang mengganggu rumah mereka.