JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) – Minggu pagi ini (3/5/2020) perbatasan Korea Utara (Korut) dan Kora Selatan (Korsel) dipenuhi ketegangan. Kontak senjata terjadi pada pagi hari ketika pasukan perbatasan Korut melontarkan peluru ke arah perbatasan Korsel.
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (JCS) mengatakan bahwa untuk membalas serangan itu, pihaknya juga menembakkan dua tembakan ke arah Korea Utara, tidak ada cedera yang dilaporkan.
Nampaknya ini menunjukkan kedua negara itu siap berperang.
Dalam kontak senjata tersebut tidak ada korban jiwa.
Namun seorang pejabat di JCS mengatakan bahwa tembakan itu bukan bentuk provokasi karena dilakukan di areal pertanian, sehingga tidak direncanakan. "Dengan tidak adanya visi (untuk target), apakah akan ada provokasi yang akurat?" kata pejabat itu.
Kontak senjata terjadi sehari setelah Presiden kim Jong Un tampil di depan publik ketika meresmikan pabrik pupuk di sebelah utara Pyongyang, ibukota Korut.
Dalam acara tersebut, Kim terlihat di foto-foto tersenyum dan berbicara dengan para pembantu di upacara pemotongan pita dan berkeliling pabrik. Rekaman TV pemerintah menunjukkan gerakan kaki Kim tampak kaku dan tersentak-sentak.
Seperti dikutip reuters.com (3/5/2020), Choi Kang, wakil presiden Institut Studi Kebijakan Asan, mengatakan dia yakin waktu provokasi itu bisa jadi untuk menunjukkan bahwa Kim masih bertanggung jawab atas militer Korea Utara.
"Kemarin, Kim berusaha menunjukkan bahwa dia sangat sehat, dan hari ini, Kim berusaha menghentikan spekulasi bahwayang isisnya dia mungkin tidak memiliki kendali penuh atas militer," kata Choi.
"Dengan melakukan semuanya dengan menembakkan rudal dan mengawasi peluncuran rudal, dan senjaya, Kim bisa mengingatkan kita, "ya saya sehat dan saya masih berkuasa"."
Sementara itu, Profesor urusan internasional Universitas Ewha Leif-Eric Easley di Seoul mengatakan, insiden penembakan itu untuk meningkatkan moral militer Korut.