JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Presiden Jokowi dan Menteri Pertahanan (Menhan) RI, Prabowo Subianto, hadir di acara peluncuran prototipe jet tempur buatan Korea Selatan (Korsel) yang dinamai KF-X/IF-X. Kehadiran Jokowi dan Prabowo itu mengundang tanda tanya, terkait keikutsertaan Indonesia pada proyek bernilai USD 7,3 miliar atau lebih dari Rp 102 triliun itu.
Acara peluncuran itu dihadiri langsung Presiden Korea Selatan (Korsel), Moon Jae-in dan Menteri Pertahanan Korea Selatan, Y.M Suh Wook, Jumat (9/4). Prabowo hadir secara fisik mewakili Pemerintah Indonesia, sementara Presiden Jokowi menyampaikan sambutan secara online. "Sejak 2010 Indonesia dan korea telah menandatangani MoU tentang kerja sama pengembangan pesawat tempur KF-X dan IF-X untuk memenuhi kebutuhan alutsista berupa pesawat tempur bagi kedua negara dalam waktu 30-40 tahun ke depan," ujar Jokowi dalam sambutan virtual di acara peluncuran jet tempur itu, yang ditayangkan di channel Youtube.
Kehadiran Menhan RI Prabowo Subianto secara fisik dan Presiden Jokowi secara virtual, menguatkan dugaan bahwa Indonesia masih ikut serta di proyek ini. Apalagi pada body pesawat KF-X/IF-X juga tertera bendera merah putih Indonesia berdampingan dengan bendera Korea Selatan.
Mengutip penjelasan Administrasi Program Akuisisi Pertahanan (DAPA) Korea Selatan, defenseworld.net melaporkan Indonesia memang masih terlibat di proyek prestisius ini. Meskipun beberapa waktu lalu, Prabowo sempat menjajaki pembelian jet tempur Perancis, Rafale, dan Eurofighter dari Austria.
"Kami menilai (rencana pembelian Indonesia) adalah masalah yang terpisah dari skema pembangunan bersama KF-X," kata DAPA dalam siaran persnya. "Ini adalah langkah yang telah diupayakan Indonesia untuk meningkatkan kekuatan Angkatan Udara Indonesia," lanjut DAPA seperti dilansir defenseworld.net.
Media yang khusus mengulas industri militer dan pertahanan itu menyebutkan, proyek pembuatan jet tempur KF-X/IF-X menelan dana USD 7,3 miliar. Dalam kesepakatan kerja sama, Indonesia dan Korea Aerospace Industry (KAI) akan menanggung masing-masing 20 persen biaya atau setara USD 1,46 miliar. Sisanya sebesar 60 persen atau USD 4,38 miliar ditanggung Pemerintah Korsel.
Kewajiban setor modal dari Indonesia sebesar USD 1,46 miliar atau sekitar Rp 21 triliun, dilakukan secara bertahap. Pada Agustus 2020 lalu, Indonesia seharusnya menyetor Rp 6,2 triliun. Tapi komitmen itu tidak terpenuhi, mengingat anggaran negara diprioritaskan untuk penanganan dampak pandemi COVID-19.
Bendera Indonesia
Secara mengejutkan gambar bendera merah putih Indonesia berdampingan dengan bendera Korea Selatan (Korsel) di tubuh pesawat jet tempur KFX Korsel atau KF-21. Indonesia mulanya memang bekerja sama dengan Korsel di proyek ini tapi belakangan menggantung tak ada kejelasan.
Pada hari ini, jet tempur KF-21 generasi 4,5 resmi diluncurkan prototipenya di Korsel, yang dihadiri oleh Menhan Prabowo Subianto. Korsel sendiri, sudah mempunyai rencana jangka panjang dalam pengembangan jet tempur ini.
Korsel akan memulai produksi prototipe jet tempur asli negara itu hingga 120 unit untuk digunakan dalam pertempuran nyata pada tahun 2032.
Dikutip media Korsel Yonhap, Presiden Korsel Moon Jae In mengumumkan rencananya pada acara pembukaan prototipe pesawat tempur KF-21 Boramae yang diadakan di markas Korea Aerospace Industries (KAI) di kota selatan Sacheon, Provinsi Gyeongsang Selatan.
Korsel memulai program 8,8 triliun won atau setara Rp 112 triliun untuk menggantikan armada jet F-4 dan F-5 Angkatan Udara yang menua pada akhir 2015. "Kami telah membuka era baru pertahanan diri dan juga menetapkan tonggak bersejarah dalam perkembangan industri penerbangan," kata Moon dalam pidatonya.
Moon menjelaskan bahwa jet tempur akan diproduksi penuh segera setelah menyelesaikan tes di darat dan di udara. "Kami berencana mengerahkan 40 jet pada 2028 dan total 120 pada 2032," katanya.