JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) Jepang mengikuti Amerika Serikat, untuk menggunakan remdesivir dalam usaha membantu pasien COVID-19 pada tahap kritis. Remdesivir yang merupakan obat antivirus untuk mengobati pasien coronavirus.
Dengan demikian, Jepang menjadi negara kedua setelah Amerika Serikat yang mengizinkan remdesivir sebagai obat darurat untuk mengobati pasien dalam kasus yang parah.
"Remdesivir disetujui sebagai tindakan luar biasa," kata seorang pejabat kementerian kesehatan, tenaga kerja dan kesejahteraan.
"Itu adalah persetujuan pertama negara kami untuk perawatan pasien coronavirus," kata pejabat itu kepada AFP.
Remdesvir, obat yang diberikan melalui suntikan, dikembangkan untuk mengobati Ebola dan beberapa pasien yang terdaftar dalam uji klinis di seluruh dunia.
“Persetujuan Jepang terhadap remdesivir adalah pengakuan atas kebutuhan mendesak untuk merawat pasien yang sakit kritis di Jepang. Ini adalah cerminan dari keadaan luar biasa pandemi ini,” kata Merdad Parsey, kepala petugas medis di Gilead Sciences yang memproduksi obat tersebut. .
Di AS, remdesivir sedang menjalani uji klinis. Pakar kesehatan terkemuka Amerika, Dr Anthony Fauci, mengatakan obat itu dapat memblokir virus.
Adapun Avigan, yang dibuat oleh perusahaan Jepang Fujifilm Toyama Chemical, akan disetujui jika tes klinis yang melibatkan 100 pasien terbukti efisien. Juru bicara pemerintah Jepang, Yoshihide Suga mengatakan pemerintah "berencana untuk menyetujuinya bulan ini".
Obat, yang nama generiknya adalah favipiravir, disertifikasi untuk digunakan di Jepang pada 2014 tetapi hanya pada wabah flu yang tidak ditangani secara efektif oleh obat yang ada. Obat ini tidak tersedia di pasar dan hanya dapat diproduksi dan didistribusikan atas permintaan pemerintah Jepang.
Favipiravir, yang dapat diminum sebagai pil, bekerja dengan menghalangi kemampuan virus untuk bereplikasi di dalam sel.
.