JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) – Perdana Menteri Shinzo Abe mengeluarkan kebijakan dengan menaikkan usia pensiun jaksa. Karuan kebijakan itu dikritik abis dari para selebritis dan pengritiklain.
Mereka menilai langkah Abe tidak demokratis dan tak tepat waktu di tengah pandemi COVID-19.
"Di tengah bencana coronavirus, kita harus fokus pada kehidupan orang," kata direktur terkenal Amon Miyamoto di Twitter di salah satu media yang mengatakan lebih dari 4,7 juta pesan serupa.
"Memutuskan secara paksa undang-undang yang jelas-jelas bercerai dari demokrasi adalah tragedi bagi Jepang."
Parlemen akan membahas apakah akan menaikkan usia pensiun jaksa menjadi 65, dari 63, kecuali jaksa tinggi, dengan persetujuan kabinet.
"Tolong jangan mendistorsi hukum dan politik untuk perlindungan Anda sendiri," kata aktor Arata Iura di Twitter. "Tolong jangan hancurkan negara ini."
Kemarahan publik bertambah setelah sebelumnya masyarakat menilau Abe lamban dalam menangani COVID. Akibatnya ketidakpercayaan masyarakat pun meningkat lewat hasil polling yang digelar.
Dalam survei yang diterbitkan di Koran Nikkei, menunjukkan baha 55% responden tidak setuju pada penanganan pemerintah. Ini naik 11 poin dibandingkan jajak pendapat sebelumnya. Meski begitu dukungan terhadapnya tetap 49%.
Terhadap kritikan tersebut, Abe membela. Abe mengatakan hal itu sejalan dengan perubahan yang terjadi pada pegawai negeri lain yang bertujuan untuk memanfaatkan sepenuhnya pengalaman dan pengetahuan yang banyak dari para pejabat yang lebih tua.
"Adalah salah jika ada yang berpendapat bahwa (undang-undang yang direvisi) akan mengarah pada keputusan personel yang sewenang-wenang oleh kabinet," tegas Abe.