JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) – Jumlah kasus COVID-19 di Singapura belum pula menunjukkan tanda-tanda akan menurun. Pada Rabu ini (10/6/2020), ada penambahan di atas 300 kasus. Jumlahnya tak pernah di bawah 200 sejak kasus COVID-19 melanda negeri Jiran itu.
Kini Singapura mendapat tantangan baru. Pada saat sibuk menangani COVID-19, negeri Singa itu menghadapi penyakit lain yang tak kalah mematikan. Yaitu penyakit demam berdarah dengue (DBD) – penyakit yang sudah menjadi penyakit umum terjadi di Indonesia.
Hingga Selasa lalu kasus positif DBD sudah menembus angka 10.234 kasus. Peningkatan terjadi sejak awal Mei telah sangat tajam.
Sementara tahun dimulai dengan sekitar 300 hingga 400 kasus per minggu dari Januari hingga April - sudah jumlah yang lebih tinggi dari biasanya; pada bulan Mei, jumlah itu berkisar antara 500 dan 800 pasien.
Badan Lingkungan Nasional (NEA) mengatakan pada 3 Juni lalu bahwa jumlah infeksi dengue dalam lima bulan pertama tahun 2020 adalah yang tertinggi sejak 2013.
Associate Professor Infection and Immunity Luo Dahai dari Fakultas Kedokteran Universitas Leeang Chian, Nanyang Technological University, Singapura menyebut beberapa alasan mengapa kali ini DBD banyak menyerang warga Singapura.
Menurutnya, kondisi cuaca akhir-akhir ini telah mendorong nyamuk berkembang biak. Di lain pihak, banyak orang memilih tinggal di rumah setelah pemerintah melarang warganya untuk keluar rumah atau melakukan aktivitas tak perlu.
“Di siang hari, banyak warga tidur, seperti menjadi makanan buat nyamuk. Naedes aegypti penyebar penyakit DBD, lebih suka mengigit manusia di siang hari,” ujar Dahai seperti dikutip channelnewsasia.com (10/6/2020).
"Cuaca hangat dan hari hujan sejak awal tahun ini mendukung pembiakan nyamuk di seluruh negeri," kata Dahai.
Ucapan Dahai ada benarnya. NEA melaporkan bahwa telah terjadi peningkatan lima kali lipat dalam insiden larva nyamuk Aedes yang terdeteksi di rumah dan koridor umum di daerah perumahan selama pemutus sirkuit dua bulan, dibandingkan dengan dua bulan sebelumnya. Kejadian adanya larva nyamuk DBD di lokasi proyek konstruksi juga berlipat ganda.