JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Laksana Tri Handoko mengatakan ada 135 kandidat vaksin yang terdaftar di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Namun, meski begitu dari kandidat vaksin tersebut belum ada jaminan berhasil dan yang sudah masuk uji klinis baru 10 kandidat vaksin.
"Tidak ada seorangpun yang bisa menjamin mana yang akan berhasil," kata Handoko melalui keteranganya, Sabtu (27/06/2020).
"Khususnya teman-teman LIPI terlibat dengan Kalbe Farma dan Korea," sambungnya.
Handoko menuturkan kalau Kalbe Farma dan Genexine Korea Selatan bekerja sama untuk uji klinis vaksin DNA untuk menangani virus corona.
"Kita melibatkan diri dan terlibat di uji klinis fase 2 dan 3 dari kandidat vaksin yang sudah dikembangkan oleh berbagai mitra di luar negeri," tuturnya.
Handoko menyatakan Genexine Korea Selatan saat ini sedang dalam proses persetujuan untuk uji klinis fase 1 di Korea, fase 1 untuk beberapa orang saja, dan fase 2 dan 3 uji klinis akan dilakukan di Indonesia.
Sementara PT Bio Farma dan perusahaan biofarmasi asal China yakni Sinovac bekerja sama di uji klinis vaksin dari virus yang dilemahkan atau dimatikan.
Sedangkan Indonesia secara mandiri sedang membuat vaksin berbasis protein rekombinan, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman yang memimpin pengembangan vaksin mandiri itu, dan uji vaksin di hewan akan dilakukan fasilitas laboratorium biosafety level 3 (BSL-3) LIPI di Cibinong, Jawa Barat.
Kebutuhan vaksin COVID-19 di Indonesia tergolong besar karena jumlah penduduk Indonesia yang banyak, jika melakukan vaksin pada 100 juta penduduk Indonesia, maka untuk dua kali suntikan vaksin berarti dibutuhkan 200 juta ampul.
"Kalau kita menunggu harus impor dari luar negeri belum tentu kita bisa mendapatkan itu karena semua negara ingin dapatkan itu," pungkasnya.