JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun mengatakan bila ambang batas pencalonan presiden dan wakil presiden atau presidential threshold tidak berubah alias tetap 20 persen kursi DPR atau 25 persen suara sah nasional maka hanya melahirkan nama capres yang itu itu saja.
Refly memperkirakan hanya akan muncul dua pasangan calon pada Pilpres 2024, Pasangan itu merupakan "Calon Istana" dan "Calon Luar Istana".
Seperti diketahui, kalau Refly Harun getol mengampanyekan agar presidential threshold dihilangka maka akan melahirkan Capres dari "Calon Istana".
Menurut Refly, mungkin Prabowo Subianto-Puan Maharani, sepanjang Prabowo elektabilitasnya nomor satu atau siapa pun yang elektabilitasnya teratas yang di-endorse oleh Jokowi dan PDIP, misalnya Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Dalam hal itu, Prabowo bisa saja akan berhadapan dengan Sandiaga Uno dalam kontestasi Pilpres 2024 bila Sandi keluar dari Gerindra.
"Sementara, calon di luar Istana adalah calon yang tidak di-endorse oleh kelompok atau kekuatan Istana, di situ ada nama Anies Baswedan, barangkali ada Ridwan Kamil, bukan tidak mungkin juga Sandi Uno, dengan catatan Sandi Uno keluar dari orbit Gerindra," kata Refly melalui channel YouTube Refly Harun, Sabtu (18/07/2020).
Selain ketiga nama Sandiaga Uno, Anies Baswedan, dan Ridwan Kamil Refly menuturkan nama Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) berpotensi maju juga dari "Calon Luar Istana"
"dan nama-nama yang disebutkan lainnya seperti AHY yang masih bisa menggeliat, bisa juga Susi Pudjiastuti, jadi, ada persaingan antara kekuatan Istana dan luar Istana, untuk saat ini paling tidak," tuturnya.
Untuk itu, Refly menambahkan kalau saat ini dirinya terus mengampanyekan agar presidential threshold bisa dihilangkan supaya melahirkan banyak opsi untuk jadi Presiden.
Kalau presidential threshold dihilangkan, maka akan ada 16 slot capres, sesuai dengan jumlah parpol yang berkonstetasi pada Pilpres 2019.
"Lebih asyik kan, daripada kita hanya (calon) presidennya itu-itu saja. Jadi, partai-partai kecil akan beramai-ramai mencalonkan orang dengan elektabilitas tertinggi. Sementara, partai besar pasti akan bingung karena memikirkan dirinya sendiri," pungkasnya.