JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) -- Di balik semangat memperjuangkan nama baik bangsa, olahraga menyimpan nilai yang lebih besar dari sekadar mengejar prestasi. Sebuah prinsip yang bisa membuka jalan menuju nilai itu adalah sportivitas. Dengan prinsip ini, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dapat diraih dan diamalkan.
Pemikiran tersebut mengemuka dalam rapat pertemuan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dengan Asosiasi Sepak Bola Uni Papua di Bogor, Jumat, 7 Agustus 2020. Pertemuan ini diadakan sebagai wujud kerjasama antara BPIP dengan Asosiasi Sepak Bola Uni Papua yang sudah berjalan sejak 2019.
BPIP mendorong kaum milenial Indonesia menanamkan semangat sportivitas dalam setiap bentuk pertandingan olahraga atau dalam kehidupan sehari hari. Sportivitas merupakan suatu wujud dalam menanamkan sila-sila Pancasila dalam diri milenial muda.
Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny Susetyo, mengatakan BPIP ingin kaum milenial muda penerus bangsa bisa menanamkan semangat sportivitas dalam kegiatan berolahraga. Menurutnya, semangat sportivitas yang dilakukan seperti itu adalah menambah jiwa nasionalisme dalam diri penerus bangsa.
"Punya integritas kejujuran mau mengakui kalau menang dan mau mengakui kalau kalah lah itu yang ditanamkan. Pancasila itu kan menanamkan nilai-nilai nilai, yaitu sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa. Banyak orang yang sebenarnya mencintai Tuhan itu kan mencintai sesamanya sikap sportif itu bagian dari sila pertama," kata pria yang akrab disapa Romo Benny.
Antonius Benny Susetyo
Rohaniawan BPIP itu menjelaskan, dunia olahraga tidak memandang suku, ras, atau agama dalam suatu negara. Bahkan prinsip olahraga adalah mengusung persatuan dalam perbedaan. Dengan begitu, olahraga dapat membentuk karakter bangsa dan nilai-nilai Nasionalisme.
“Olahraga tidak memandang suku, ras, dan agama. Juga memperkokoh persatuan dan membangkitkan rasa nasionalisme,” tegasnya.
Budayawan ini mencontohkan, setiap cabang olahraga beregu semisal bola voli puteri. Dalam pertandingan ini atlet-atlet berkerudung bahu-membahu bersama rekan timnya yang berkalung salib tanpa ada hambatan psikologis. Semua identitas sosial setara, saling berangkulan memberi semangat, meneriakkan pekik yang sama, bahkan serempak jatuh bangun menahan gempuran dan melancarkan serangan.
Semangat inklusif kewargaan seperti itu, kata Benny, meleburkan dalam harmoni persatuan yang membuat bangsa Indonesia maju. Dari situ, bisa dilihat bahwa para atlet sedang memancarkan nilai Pancasila dalam bingkai gotong-royong kemanusiaan dan persatuan Indonesia.
Sportivitas yang mencerminkan nilai Pancasila bukan hanya terlihat dalam semangat persatuan dalam perbedaan. Tapi juga dalam sikap legawa usai menerima kemenangan dan kekalahan.
Dalam pertandingan bulu tangkis, Benny kembali mencontohkan, selalu ada menang dan kalah. Atlet yang menjaga sportivitas dengan membawa semangat kemanusiaan, ia tak akan jumawa saat menerima kemenangan. Justru, ia sendiri akan menghormati lawan yang kalah dengan tetap menjaga persatuan dan saling memberi dorongan semangat.
Sportivitas seperti itu, jika diterapkan pada atlet muda Indonesia, maka nilai-nilai Pancasila akan kembali hidup dan semangat nasionalisme memancar terang dalam jati diri bangsa Indonesia.
"Contohnya Bulutangkis, mereka menang atau kalah terima dan terus berlatih lebih giat lagi agar bisa mengibarkan bendera merah putih dimana mereka bertanding. Maka dari itu saya meminta agar setiap cabang olahraga dan juga suporter bisa mengikuti sportivitas yang sudah dilakukan para atlit bangsa" pungkas Benny.