JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) -- Sebagai ideologi bangsa Indonesia, tak dipungkiri bahwa Pancasila semakin terasing oleh para warganya sendiri. Bangsa Indonesia tahu apa itu Pancasila, namun tak semua --atau sangat sedikit-- yang memahami dan berkomitmen menjalankan nilai-nilai luhurnya.
Ironi itu seharusnya membuat para penganut ideologi Ketuhanan dan Kemanusiaan ini berikhtiar untuk mewujudkan kembali kesaktian Pancasila dari Nusantara yang pluralis ini. Dengan begitu, manusia yang berjalan di bumi Indonesia bukanlah mereka yang hanya sekadar tahu Pancasila, tapi mereka yang hidup dengan ruh Pancasila itu sendiri. Inilah jalan untuk menciptakan Manusia Pancasila.
Namun, ikhtiar memperoleh kembali kesaktian yang kian melemah itu tidak semudah membalik telapak tangan. Apalagi, bila dihadapkan pada realitas perilaku sebagian warga negara yang justru berkebalikan dengan nilai-nilai Pancasila.
Dalam forum diskusi "Penyusunan Standardisasi Materi Pembinaan Ideologi Pancasila bagi Pejabat Negara", di Jakarta, Selasa (11/7), Ketua Komisi II DPR, Ahmad Doli Kurnia mengatakan harus ada upaya mengartikulasikan keinginan bangsa untuk maju melalui upaya revitalisasi nilai-nilai Pancasila.
Doli menyebut Pancasila bisa menjadi alternatif dan jalan keluar bagi penemuan kekuatan moral global.
"Pancasila dapat menjadi alternatif dan jalan keluar bagi penemuan kekuatan moral global, yang kini justru dikepung kebingungan-kebingungan menyusunan tatanan normal baru,” kata Doli dalam diskusi yang digelar oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) tersebut.
Nilai-nilai Pancasila yang bersifat universal tak akan lekang dimakan zaman. Doli menuturkan, Pancasila yang punya nilai humanis akan selalu relevan sebagai pedoman luhur bangsa Indonesia.
Nilai humanis atau kemanusiaan dari Pancasila, lanjut Doli, akan menelurkan sifat-sifat terpuji, seperti menjunjung tinggi kejujuran, kebajikan publik, welas asih, kesantunan, empati, dan solidaritas sosial. Menurutnya, hal-hal tersebut merupakan modal sosial fundamental untuk membangun peradaban Bangsa.
Oleh sebab itu, kata Doli, kehadiran BPIP adalah oase dari kekeringan dan keterasingan Pancasila selama ini. Ia menyarankan BPIP perlu merumuskan semacam profil Manusia Pancasila yang menjadi gambaran suri tauladan dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila.
"Secara teknis saya mengusulkan Nilai Dasar Manusia Pancasila (NDMP)," ujar politikus Partai Golkar ini.
Dalam kesempatan yang sama, Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny Susetyo mengatakan, memunculkan keteladanan Pancasila memang menjadi ikhtiar yang tak boleh berhenti. Pasalnya, dinamika globalisasi telah banyak menghanyutkan anak bangsa ke dalam gelombang ideologi asing.
Untuk itu, penanaman nilai luhur Pancasila harus dihadirkan dalam berbagai kemasan, salah satunya adalah sejarah. Ia menerangkan dahulu karakter manusia Pancasila sangat ditonjolkan oleh tokoh-tokoh bangsa.
“Kita bisa lihat dalam sejarah, ada Drs. Moh. Hatta, sebagai pejabat, wakil presiden untuk membeli sepatu saja menabung seumur hidup, ada lagi Jenderal Hoegeng, menunjukkan kejujuran sebagai pejabat publik,” papar Rohaniwan yang akrab disapa Romo Benny ini.
Menurutnya, banyak pejabat negara, termasuk anggota DPR RI yang sejatinya punya karakter yang jujur dan patut dijadikan teladan. Namun, selama ini yang ditunjukan atau ditampilkan ke publik hanya oknum-oknum yang jelek saja. Padahal, jumlahnya itu tergolong sedikit. “Coba ditampilkan contoh keteladanan pejabat publik, anggota DPR yang baik-baik dan jujur,” kata Romo Benny.
Alumnus Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi (STFT) Widya Sasana Malang ini menuturkan, keteladanan yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila harus sering ditampilkan ke ruang-ruang publik. Dengan begitu, Manusia Pancasila bisa menjadi role model bagi masyarakat, khususnya bagi pejabat negara.
Baik Romo Benny maupun Ketua Komisi II DPR RI, mengajak masyarakat Indonesia untuk berkomitmen agar tak bosan dalam membangun kembali fondasi berbangsa dan bernegara secara terus menerus, sebagaimana yang telah dirintis oleh para pendiri Bangsa Indonesia.