JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Akhir akhir ini bergulirnya isu kocok ulang kabinet atau reshuffle Menteri Kabinet Indonesia Maju terus bergulir.
Hal ini menyusul intruksi dari Presiden Jokowi supaya Menteri tak meninggalkan ibukota Jakarta makin menguatkan adanya pergantian pembantu Presiden Jokowi.
Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane menyebut sebanyak 11 hingga 18 posisi Menteri akan diganti dan terdapat beberapa nama baru seperti Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Sandiaga Salahudin Uno.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah mengatakan kalau dua nama baru yaitu Hadi Tjahjanto dan Sandiaga Uno dinilai sah saja jika kemudian bergabung ke dalam kabinet Presiden Jokowi.
Hal tersebut karena secara afiliasi baik Hadi Tjahjanto yang kini merupakan Panglima TNI dan Sandiaga Uno yang merupakan Wakil Dewan Pembina Gerindra bebas dari kepentingan politik
Namun, Dedi justru menyayangkan jika Agus Harimurti Yudhoyono ikut bergabung dengan Kabint Indonesia Maju atas apapun alasannya, baik permintaan Presiden Jokowi atau pengajuan Partai Demokrat.
“AHY memimpin parpol dan tentu lebih berpeluang untuk membesarkan Demokrat menghadapi kontestasi 2024,” kata Dedi ketika dikonfirmasi (20/08/2020).
Pengamat Politik tersebut menuturkan kalau sebaiknya AHY yang saat ini menjabat Ketua Umum Demokrat menimbang secara cermat sisi politisnya secara jangka panjang.
Pasalnya, jika kemudian Demokrat bergabung ke dalam koalisi pemerintah maka hampir dipastikan partai oposisi minim karena hanya Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
“AHY ada baiknya menimbang sisi politis karena pilihannya berada di Parpol, 2024 oposisi minim pesaing, sementara PKS sendiri hingga hari ini belum mengemuka tokoh yang potensial diusung,” tuturnya.
Dengan Fakta politik tersebut, urai Dedi merupakan sebuah momentum bagi Partai Demokrat untuk tetap di luar Pemerintahan demi menjaga populisme Parpol di 2024.
Dedi juga menilai kalau peluang Partai Demokrat masuk pemerintahan sangat tipis itu artinya peluang AHY masuk atau ditarik ke kabinet sangat kecil.
“Jika memang diperlukan tambahan mitra koalisi, justru PAN lebih berpeluang. Sandiaga Uno jauh lebih memungkinkan, baik dari sisi kapasitas maupun afiliasi politik. Sehingga koalisi pemerintah akan lebih nyaman jika Sandiaga masuk. Hanya saja, ini bergantung Presiden memandang perlu tidaknya reshufle dalam pertimbangan politik,” pungkasnya.