Opini
Oleh Jasra Putra (Komisioner KPAI Bidang Hak Sipil dan Partisipasi Anak) pada hari Selasa, 03 Nov 2020 - 13:26:33 WIB
Bagikan Berita ini :
Sambut 10 November Hari Pahlawan

Jurang Pemisah Memaknai Para Pahlawan Antar Generasi

tscom_news_photo_1604384674.jpeg
Komisioner KPAI, Jasra Putra (Sumber foto : Istimewa)

Peristiwa anak SMP di Lampung menginjak makam para Pahlawan, membuat miris kita semua. Ekspetasi besar kita anak anak mengerti jasa pahlawan, bagai jurang pemisah antar generasi dalam meresapi nilai nilai kepahlawanan.

Belum lagi jaman derasnya arus informasi ke anak melalui medsos mereka, pilihannya mereka mau terpapar apa? Apakah salah satu pilihannya terpapar nilai nilai kepahlawanan? Ditengah pertarungan berbagai ideologi, paham kebangsaan, pilkada, perebutan makna berNKRI

Bagaimana kondisi edukasi kepahlawanan dan pendidikan kewarganegaraan kita saat ini, tentu ini menjadi keresahan kita semua dalam menyambut hari besar jelang *Hari Pahlawan 10 November*.

Coba kita tanyakan anak kita. Dengan bahasa yang dimengerti mereka tentang pahlawan. Sederet pertanyaan untuk merangsang mereka menjawab dengan pertanyaan dan informasi yang layak agar pertanyaan tersebut bisa di pahami anak.

Misal siapa Hero yang kamu kenal? Film Hero yang kamu suka? Menurut kamu pahlawan atau Hero atau film jagoan yang mewakili dirimu sekarang, siapa? Kemudian sebutkan sifat masing masing mereka? Sederet pertanyaan ini untuk mengukur dimana generasi kita sekarang dalam mengartikan pahlawan.

Apalagi kalau bicara figur pahlawan yang diproduksi dalam film yang lebih dekat dengan anak anak. Mungkin film seperti Avengers, lebih dikenal. Atau Pahlawan mereka adalah Ayah dan Ibu mereka. Namun bukan untuk dipertentangkan, tetapi diseimbangkan.

Dari Pahlawan yang dipahami anak sekarang, kemudian orang dewasa menyampaikan bahwa tokoh itu juga ada di jaman perjuangan. Inilah tantangan kemasan, mengenalkan nilai nilai yang diharapkan dapat dipahami dalam kontes kekinian. Bagaimana perjuangan pahlawan itu dikenalkan pada generasi yang melanjutkan.

Justru peristiwa anak SMP menginjak makam ini menjadi momen penting untuk melihat lagi bagaimana nilai nilai kepahlawanan dikenalkan kepada anak anak. Atau pilihannya generasi merekalah yang lebih mampu menyambungkan sejarah dengan pahlawan hari ini yang di kenal mereka.

Disinilah ada tantangan bagaimana menghadirkan pahlawan yang berjasa di negeri ini dengan berbagai media yang dekat dengan anak. Apalagi kalau bicara apakah anak anak sudah menangkap nilai nilai yang diperjuangkan pahlawan, tentu lebih dalam lagi apa yang ingin kita harapkan kepada anak anak dalam mengenal jasa pahlawannya.

Taman Makam Pahlawan sebaiknya juga mempunyai papan informasi, mengapa mereka di kebumikan di sana, informasi untuk tidak menginjak taman, informasi rute selama berada di makam.. Atau ada ruang khusus informasi sebelum masuk TMP. Agar anak anak yang masuk TMP mendapatkan hak informasi yang layak.

Tentu nilai nilai kepahlawanan ini yang diharapkan masuk ke generasi sekarang. Dan harus berlangsung terus menerus. Masyarakat sekitar TMP dan manajemen TMP bisa memulai TMP menjadi ruang edukasi, agar anak anak tidak semakin jauh dari sejarah Pahlawannya. Dengan dukungan sekolah, masyarakat, pengenalan pahlawan kita bisa lebih kontekstual, dengan kunjungan langsung, sehingga anak anak langsung berinteraksi dan kenal. Dan menjadi kegiatan rutin TMP dengan berbagai layanan anak di sekitarnya. TMP menjadi konsep baru Wisata Edukasi. Apalagi diberi tantangan mengkontekstualisasinya ke masa sekarang. Tentu mereka akan lebih kreatif lagi bila dipercaya dan di beri kesempatan.

Nilai nilai pahlawan dalam berjuang salah satunya adalah nilai saling memaafkan, yang saat ini mungkin bagi generasi anak anak, nilai ini sangat mahal. Untuk itu menjadi hal penting awal bagi anak SMP mengenal Pahlawannya. Dan menyiapkan anak SMP tersebut menjadi pembela para pahlawannya. Saya yakin justru anak SMP ini ke depan bisa menjadi duta untuk TMP, bila dikenalkan bahwa kesalahannya bisa diperbaiki dengan ia bertugas mengenalkan nilai nilai kepahlawanan..

Melalui momentum Hari Pahlawan 10 November dan peristiwa anak SMP di Lampung menginjak taman pahlawan, menjadi sinyal agar generasi kita tidak menjadi generasi seremonial jelang 10 November Hari Pahlawan. Momentum jelang Hari Pahlawan ini menjadi masukan untuk semua pihak, agar peristiwa tersebut tidak berulang. Jangan sampai ada keterputusan antar generasi dalam mengenal Pahlawannya.

Namun bila peristiwa ini terjadi karena kelengahan petugas atau tempat makam yang kurang pengamanan. Maka penting meningkatkan pengamanan di daerah makam.

Untuk itu KPAI mengajak para orang tua di hari Pahlawan untuk berwisata edukasi ke Taman Makam Pahlawan di daerahnya masing masing. Sambil mengenalkan sejarah bangsa di daerahnya masing-masing.

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #hari-pahlawan  #anak-anak  #kpai  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Runtuhnya Mitos Kependekaran Politik Jokowi

Oleh Oleh: Saiful Huda Ems (Advokat, Jurnalis dan Aktivis 1998)
pada hari Jumat, 22 Nov 2024
Ternyata lebih cepat dari yang banyak orang perkirakan, bahwa kependekaran semu politik Jokowi akan tamat  riwayatnya di akhir Tahun 2024 ini. Jokowi yang sebelumnya seperti Pendekar Politik ...
Opini

Selamat Datang di Negeri Para Bandit

Banyak kebijakan ekonomi dan sosial Jokowi selama menjabat Presiden sangat lalim, sangat jahat, sangat kejam, khususnya terhadap kelompok masyarakat berpendapat menengah bawah.  Kejahatan ...