JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Presiden Amerika Serikat terpilih, Joe Biden meninggalkan kampung halamannya di Delaware. Biden dan istrinya, Jill, bertolak Washington D.C sehari menjelang pelantikannya pada Rabu (20/1).
Biden menangis terharu seraya menyeka air mata sambil mengucapkan salam perpisahan. Biden bangga bisa menjadi putra Delaware yang sukses duduk di kusi AS-1. "Ini momen yang sangat emosional, perjalanan kita ke Washington dimulai di sini. Saya akan selalu bangga menjadi putra yang berasal dari Delaware. Maaf, saya terlalu emosional. Tetapi ketika saya mati, Delaware akan selalu tertulis di hati saya dan hati kita semua," ucap Biden.
Biden juga berterima kasih kepada putranya, Beua, yang telah wafat pada tahun 2015. Biden justru berharap Beau yang seharusnya menjadi presiden AS. "Saya punya satu penyesalan, kita seharusnya memperkenalkan dia sebagai presiden," tutur Biden
Setelah menutup pidatonya, Biden bertolak dan telah tiba di pangkalan udara Andrews, dekat Washington. Biden dan Jill melambaikan tangan saat turun dari jet pribadi.
Selanjutnya, mereka berdua menumpangi kendaraan sport hitam bersama iring-iringan menuju Washington. Biden akan mengunjungi Monumen Washington dan Lincoln Memorial untuk menghormati mereka yang meninggal dunia karena COVID-19.
Malam harinya, Biden akan dilantik sebagai Presiden AS bersama wakilnya, Kamala Harris.
Trump Tak Sebut Biden
Presiden AS Donald Trump, dalam pidato perpisahan yang dirilis pada Selasa (19/1), berdoa untuk pemerintahan baru Presiden terpilih Joe Biden tetapi menolak untuk mengakui nama penggantinya dari Partai Demokrat.
"Minggu ini, kami meresmikan pemerintahan baru dan berdoa untuk keberhasilannya dalam menjaga keamanan dan kemakmuran Amerika," kata presiden Republik dalam pernyataan video tersebut.
"Kami menyampaikan harapan terbaik kami, dan kami juga ingin mereka beruntung," ujar Trump.
Trump telah menolak untuk menawarkan konsesi penuh kepada Biden, yang memenangkan pemilihan umum pada 3 November dengan 306 suara dari suara elektoral dibandingkan dengan Trump yang mendapatkan suara 232.
Trump berkampanye dengan janji untuk "Membuat Amerika Hebat Lagi" tetapi meninggalkan AS dengan hampir 400.000 orang meninggal karena virus corona, ekonomi memburuk akibat pandemi, dan hubungan tegang dengan sekutu utama AS.