Bisnis
Oleh Rihad pada hari Rabu, 20 Jan 2021 - 21:02:59 WIB
Bagikan Berita ini :

Cari Solusi Turunkan Harga Daging, Pemerintah Bersedia Dialog dengan Pedagang

tscom_news_photo_1611151379.jpeg
Pedagang dading (Sumber foto : ist)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Pemerintah membuka ruang dialog dengan asosiasi pedagang guna menurunkan harga daging sapi. "Saya berharap mereka bisa kita ajak konsultasi, kita ajak bicara. Nanti kita cari bagaimana jalan keluarnya. KSP sangat terbuka untuk menerima mereka," kata Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko.

Tawaran tersebut disampaikan Moeldoko merespons keinginan Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) untuk berdiskusi dengan pihak Istana mengenai solusi untuk menurunkan harga daging sapi.

Sejak awal 2021, harga daging sapi melonjak di pasaran. Harga daging sapi murni mencapai Rp 120 ribu per kilogram (kg), padahal biasanya berkisar pada Rp 110 ribu hingga Rp 114 ribu per kg.

Sementara harga daging sapi bagian paha belakang mencapai Rp 126 ribu per kg selama beberapa hari terakhir, padahal biasanya hanya sedikit di atas Rp 100 ribu per kg.

Ketua Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) Asnawi mengungkapkan pedagang daging mogok di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) selama tiga hari, mulai Rabu (20/1) sampai Jumat (22/1)."Ada kenaikan harga yang sangat tinggi, yang tidak sesuai logika akal sehat," ucap Asnawi.

Menurutnya, kenaikan harga itu disebabkan lonjakan harga beli dari distributor sebesar sekitar Rp 10 ribu sampai Rp 12 ribu per kg. Saat ini, distributor daging tersebut menjual daging sapi kepada pedagang di kisaran harga Rp 125 ribu sampai Rp 127 ribu per kg dari sebelumnya Rp 115 ribu per kg.

Di sisi lain, pedagang daging tidak berani mengerek harga lebih tinggi dari Rp130 ribu per kg lantaran daya beli masyarakat masih lesu di tengah pandemi.

Pasalnya, jika harga daging sapi dipatok lebih tinggi dari Rp130 ribu per kg, ia khawatir konsumen justru berkurang. Alhasil, pedagang daging sapi itu bertahan dengan untung tipis, dibandingkan harus ditinggalkan konsumennya.

Pengamat Pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori berpendapat pokok permasalahan kenaikan harga daging sapi terletak pada rantai distribusinya. Berdasarkan cerita yang disampaikan oleh Asnawi, ia meyakini jika pangkal permasalahan adalah distributor daging sapi.

Dalam hal ini, ia menduga distributor yang dimaksud Asnawi tersebut adalah blantik. Khudori menyamakan blantik ini dengan seorang broker atau makelar. Menariknya, orang yang berperan sebagai blantik tersebut cenderung mampu menentukan harga, atau price maker.

Khudori menjelaskan sapi hidup baik lokal maupun impor dikirim ke Rumah Potong Hewan (RPH) sebelum dijual kepada konsumen. Khusus untuk sapi impor biasanya didatangkan dari negara asal dalam bentuk bakalan sapi, lalu dibesarkan di peternakan dalam negeri kurang lebih selama 3 bulan sampai 4 bulan oleh pengusaha penggemukan sapi impor alias feedloter.

Ketika sapi sampai pada tangan feedloter, menurutnya, tidak ada permasalahan berarti mengenai harga. Permasalahan muncul ketika sapi siap sembelih tersebut dibawa ke RPH. Ia menjelaskan biasanya para blantik tersebut menghadang feedloter tersebut untuk membeli daging sapi potongan dari tangan feedloter.

Kemudian, blantik inilah yang menjual daging sapi kepada pedagang eceran di pasar.

"Dia (blantik) inilah yang menentukan harga, misalnya ketika ambil dari peternak yang punya sapi tadi Rp 80 ribu dalam bentuk daging, dia bisa menaikkan sepihak 10 persen-15 persen dari harga yang dia beli. Di situlah pedagang seperti Pak Asnawi tidak bisa apa-apa karena daging yang punya dia (blantik), kalau pedagang mau terus bisa jualan harus beli dari belantik itu," katanya kepada wartawan.

Oleh sebab itu, solusi dari melambungnya harga daging sapi ini adalah membenahi rantai distribusi tersebut. Pasalnya, selama ini feedloter tidak menjual langsung kepada pedagang sapi eceran di pasar melainkan melalui tangan blantik.

Khudori menuturkan mantan Menteri Pertanian Amran Sulaiman pernah berupaya menertibkan para blantik ini, namun gagal.

tag: #daging  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement