JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)- Mantan Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai menjadi topik pembicaraan karena disandingkan dengan foto gorila. Ulah rasis ini dilakukan oleh Ambroncius Nababan, dia mengunggah foto Pigai–Gorila di akun Facebooknya yang kemudian viral di media sosial.
Belum usai kasus yang dilakukan oleh Ambroncius Nababan, ternyata aksi rasisme juga dilakukan oleh Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU), yakni Profesor Yusuf Leonard Henuk.
Hal tersebut terlihat dari unggahan pakar telematika Roy Suyo di akun Twitter pribadinya pada Senin (25/1/2021). Guru besar USU itu diduga sempat mengunggah cuitan berbau rasis terhadap mantan aktivisi HAM tersebut.
Dalam tangkapan layar yang diunggah Roy Suryo, Prof. Yusuf mengunggah foto monyet yang sedang berkaca dan memuat nama Natalius Pigai.
Dalam unggahannya Roy Suryo mengatakan bahwa Polri tidak perlu mengecheck akun Facabook Ambroncius Nababan karena di sudah mengaku, tetapi Polri seharusnya memanggil Prof Yusuf L Henuk sebagai Guru besar USU yang juga ikut tindakan rasisme terhadap Natalius Pigai.
“Seharusnya @CCICPolri @DivHumas_Polri tdk usah repot2 lagi “mengecheck” Akun FB tsb milik si Ambroncius Nababan atau bukan, karena dia sudah mengaku di Mabes Polri. Malahan harusnya si Prof Yusuf L Henuk (USU) dilaporkan juga oleh temen2 di Papua krn sama rasisnya 11-12,” tulis Roy Suryo dalam unggahan di sosial medianya.
Saat dikonfirmasi apakah betul akun tersebut milik Yusuf Leonard Henuk, Roy Suryo memastikan bahwa akun tersebut benar milik Guru Besar USU, dan jika bukan miliknya, kata Roy, harusnya dia sudah protes.
“Akun tersebut sudah beberapa kali dimuat di berbagai media, kalau memang bukan miliknya ya seharusnya bisa protes/ keberatan,” ungkap Roy Suryo saat dikonfirmasi oleh wartawan TeropongSenayan.Com, Selasa (26/1/2021)
Guru Besar USU tersebut menilai Pigai selama ini merasa paling hebat, itu sebabnya Yusuf mengunggah foto monyet bercermin disandingkan dengan foto Pigai. Menurut Yusuf, Pigai hanya diperalat untuk menyerang Pemerintahan Joko Widodo.
“Selama ini dia merasa hebat sekali, kalau dia bersuara boleh, terus kita tanggapi dia lari, bodoh lah itu. Makanya saya berjuang di medsos ini. Mari kita berdiskusi sampai habis, kalau tidak ada asap tidak ada api kan,” kata Yusuf.