Berita
Oleh Rihad pada hari Kamis, 03 Jun 2021 - 21:04:38 WIB
Bagikan Berita ini :

Bannet yang Terkenal Radikal Akan Menjadi PM Israel, Bagaimana Nasib Palestina?

tscom_news_photo_1622729078.jpg
Naftali Bennett (Sumber foto : ist)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Naftali Bennett selangkah lagi menggantikan perdana menteri Israel Israel Benjamin Netanyahu. Siapakah Bannet ini? Apa pengaruhnya terhadap Palestina?

Bennett adalah mantan pengusaha teknologi multi-jutawan yang beraliran sayap kanan, agama-nasionalis. Pria berusia 49 memimpin partai Yamina, yang menyerukan Israel untuk mencaplok bagian-bagian Tepi Barat yang diduduki.

Ia adalah politikus berapi-api dan sering kontroversi. Bennett juga beraliran ultra-liberal dalam ekonomi yang mengambil garis keras terhadap Iran.

Dia bekerjasama dengan Netanyahu dan telah bekerja sama di beberapa pemerintahan pemimpin Likud itu. Selain memegang portofolio pertahanan, Bennett telah menjabat sebagai menteri ekonomi dan menteri pendidikan Netanyahu. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, keduanya semakin renggang.

Bennett bergabung dengan koalisi yang mengakhiri 12 tahun pemerintahan Netanyahu.

Dia setuju untuk bergabung dengan Yair Lapid yang berhaluan tengah dalam koalisi untuk menyingkirkan Netanyahu. Lapid telah menawarkan untuk berbagi kekuasaan, membiarkan Bennett menjabat perdana menteri.

Dikutip dari Al Jazeera, Bennett adalah putra dari orang tua kelahiran AS dan tinggal bersama istrinya Galit dan empat anaknya di pusat kota Raanana.

Dia memasuki politik setelah menjual start-up teknologinya seharga $ 145 juta pada tahun 2005, dan tahun berikutnya menjadi kepala staf untuk Netanyahu, yang saat itu menjadi oposisi.

Setelah meninggalkan kantor Netanyahu, Bennett pada 2010 menjadi kepala Dewan Yesha, yang melobi pemukim Yahudi di Tepi Barat yang diduduki.

Dia terkenal keras kepada Palestina.

Pada 2013, dia mengatakan "teroris Palestina harus dibunuh, bukan dibebaskan".

Dia telah menimbulkan kontroversi pada beberapa kesempatan. Ia pernah menyatakan bahwa Tepi Barat tidak berada di bawah pendudukan karena “tidak pernah ada negara Palestina di sini”, dan bahwa konflik Israel-Palestina tidak dapat diselesaikan tetapi harus dipertahankan.

Di kalangan warga Palestina calon Perdana Menteri yang baru, Naftali Bennet dikenal lebih ekstermis dan radikal.

Politikus senior Palestina, Nasser al-Kidwa ragu nasib negarannya bisa berubah apabila Israel dipimpin oleh Naftali Bennet.

"Pada tingkat individu, tidak ada perbedaan besar di antara mereka. Mungkin Bennett akan sedikit lebih ekstremis atau radikal,” kata Nasser al-Kidwa.

Nasser al-Kidwa adalah mantan anggota Komite Sentral Fatah dan kritikus terkemuka Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas.

Tak hanya Nasser al-Kidwa yang menyampaikan kekhawatirannya, seorang politikus Palestina lainnya juga menyatakan hal yang sama.

"Pemerintahan dengan Bennett sebagai pusatnya mengkhawatirkan kami. Ini tidak akan menjadi pemerintah yang mampu membuat perdamaian,” katanya.

tag: #palestina  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
PEMPEK GOLDY
advertisement
KURBAN TS -DD 2025
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Berita Lainnya
Berita

Sekjend PKS Sampaikan Duka Mendalam atas Insiden Ledakan di Garut, Desak Audit Pemusnahan Amunisi TNI

Oleh Sahlan Ake
pada hari Senin, 12 Mei 2025
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Sekretaris Jenderal DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Habib Aboe Bakar Alhabsyi menyampaikan duka cita yang mendalam atas peristiwa tragis yang terjadi di Desa Sagara, ...
Berita

Konferensi Parlemen OKI Dimulai di DPR, Siap Bahas Visi Misi Bagi Mereka yang Terpinggirkan

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Konferensi Parliamentary Union of the OIC Member States (PUIC) ke-19 atau Persatuan Parlemen Negara Anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI) yang digelar DPR RI sudah ...