JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)- Kontestasi pilpres 2024 kian menghangat terutama setelah munculnya friksi di internal PDIP Perjuangan baru-baru ini.
Friksi mengemuka di internal PDIP, pasca Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo tak diundang dalam acara pertemuan kader dan pejabat daerah dari partai berlogo banteng itu di Jawa Tengah beberapa waktu lalu.
Menyikapi hal tersebut, pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) Herryansyah MBA menyarankan agar publik dan elit parpol tidak terjebak euforia figur capres yang besar karena survey.
Apalagi, ditengah persoalan ekonomi dan hutang luar negeri pemerintah dan BUMN yang sudah dalam status "lampu kuning" lebih Rp8000 trilyun tahun 2021, dan berpotensi menjadi 10.000 trilyun diakhir tahun 2024.
"Kita jangan terjebak pada euphoria figure capres yang besar di survey. Jika fokus pilpres 2024 kagum pesona capres, tapi ujungnya capres terpilih malah menambah utang negara dengan berbagai macam alasan kebijakan itu namanya ngeles," kata Hery dalam sebuah perbincangan di Jakarta, Selasa, (8/6/2021).
“Itu sama dengan menggiring anak cucu kita kedalam jurang kesusahan yang tidak berkesudahan pasca 2024," imbuh Herry.
Menurutnya, figur capres 2024 tidak perlu sibuk bermain medsos dan pencitraan, tapi yang dibutuhkan adalah sosok yang memiliki jaringan keuangan luar negeri, kecakapan finansial, ataupun modal yang cukup, mampu menyelesaikan persoalan utang negara.
"Dear capres 2024 ! Capres siapapun anda bahkan diusung partai hantu blauk dari hutan belantarapun, akan saya pilih dan kampanyekan dengan syarat dia bisa kongkrit menegoisasikan utang RI dan bunganya sebelum 2024. Juga capres wajib miliki network finansial luar negeri yang kuat untuk "buyback" (membeli kembali) surat utang RI yang jatuh tempo 2021-2024. Itu jelas kongkrit," jelas Herry.
Herry mengaku dirinya masih berpandangan positif dan meyakini bahwa utang jumbo era Jokowi yang saat ini digunakan untuk mempercepat pembangunan infrastruktur.
Untuk itu, Herry beraharap calon presiden berikutnya harus bisa memberi solusi kongkrit penyelesaian utang negara.
"Pemerintahan saat ini berutang jumbo percepat pembangunan infrastruktur yang dirasakan nyata. Jadi jika capres 2024 hanya ingin menjabat saja dan tidak mau ikut memikirkan solusi utang pemerintah saat ini. Anak alay juga bisa daftar nyapres 2024," sindirnya.
"2024 tantangannya berat. Potensi "bom waktu" penggangguran generasi milineal X & Y di era 2024-2029, karena krisis ekonomi-sosial dan inflasi tinggi pasca pandemi yang siap menerkam negara manapun yang gagal mengelola utang dan neracanya, diperberat lagi jika Trade War China dan USA belum reda," ungkapnya.
Lebih lanjut, Herry menilai syarat capres 2024 bukan sekedar mempunyai modal kampanye 5-10 trliyun plus visi-misi utopis "too good to be true".
Dan setelah memenangkan pilpres bukan menjadi bagian solusi, bahkan capres setelah terpilih menjadi sumber masalah baru dengan jalan menambah utang baru ribuan trilyun dengan alasan demi rakyat dan menutupi utang pemerintah sebelumnya.
"Hai milenial wake up ! Buka mata pikir ! Bukan eranya lagi milih capres 2024 karena ganteng, dizalimi, gagah, dan alim .Tapi setelah jadi presiden malah negara berutang lebih banyak di 2024-2029,” imbaunya.
“Atau parahnya menaikkan pajak kalian semua saat ngopi ke Kafe, makan di warteg, atau berbelanja Online Shop dan minimarket dan pajak-pajak lain menutupi defisit apbn & bayar utang .
“Saya ora bangga nama beken Prabowo Ganjar, Anies, , Airlangga,, AHY. Janji kampanye capres 2024 bagusnya diminta dibayar dimuka," ujar Herry.
Heri pun berharap para pimpinan parpol dan Jokowi mendorong lahirnya capres yang mampu mengatasi masalah bangsa saat ini khususnya bidang ekonomi untuk maju di Pilpres 2024 demi menyelamatkan perekonomian 3-5 tahun mendatang.
"Nah kaum millenial, capres saat ini siapapun dia dari partai apapun itu sejatinya kualitas sama saja. Tapi siapa diantara capres yang paling besar "hasil survei" buyback surat utang negara. Itulah yang layak dipuja-puji dan pajang fotonya di Facebook, Instagram dan DP Whatsapp di 2024. Jangan milih capres ilusi yang lagi halu (halusinasi). Kita bisa kebawa ""halu bin stress" juga pasca 2024. Cape deh !," pungkas Herry.