Berita
Oleh Sahlan Ake pada hari Senin, 19 Jul 2021 - 10:40:24 WIB
Bagikan Berita ini :

Bantah Gunakan Antibiotik pada Unggas, DPP Pinsar Anggap Temuan YLKI Rugikan Peternak

tscom_news_photo_1626666024.jpeg
Singgih Januratmoko (Sumber foto : Istimewa)

JAKARTA (TERONGSENAYAN) --Pada 16 Juli 2021 lalu, World Animal Protection dan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyatakan bakteri kebal antibiotik ditemukan pada daging dan sekum (bagian usus) ayam broiler, di sejumlah rumah potong hewan unggas dan gerai penjualan. Menurut penelitian tersebut, hal itu mengindikasikan adanya penggunaan antibiotik kepada ayam di peternakan.

Menanggapi temuan tersebut, Ketua Umum DPP Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar), mempertanyakan penarikan sampel, dan tak adanya coveboth side dalam pemberitaan hasil penelitian tersebut, yang dipublikasikan oleh kompas.com berjudul: "Bakteri Kebal Antibiotik Ditemukan Pada Daging Ayam, Apa Dampaknya ke Konsumen?", edisi Jumat (16/7).

DPP Pinsar Indonesia merasa prihatin dengan keadaan ini dan
menyampaikan protes keras terhadap YLKI, “Kami
Menganggap YLKI tidak ambil bagian dalam membangun usaha-usaha peternakan rakyat," ujarnya.

Penelitian tersebut seharusnya menyebutkan, berapa persen daging yang terkontaminasi dari keseluruhan sampel. Dengan begitu masyarakat memiliki pemahaman yang benar,” ujar Singgih Januratmoko yang juga anggota Komisi VI DPR RI.

Menurut Singgih, penelitian tersebut menjadikan seolah-olah semua peternak menggunakan antibiotik, padahal masih banyak peternak yang tidak menggunakan antibiotik sesuai arahan Kementerian Pertanian.

Selain itu, Singgih juga mengkritisi pemberitaan kompas.com, yang tak melakukan peliputan dua sisi atau _coverboth side_, “Para peternak anggota kami sudah lama meninggalkan pemakaian antibiotik, pemberitaan ini berpotensi membuat bisnis peternak kian terpuruk, sudah jatuh tertimpa tangga lagi,” ujarnya.

Menurutnya, rusaknya harga ayam broiler saat ini yang disebabkan oleh jatuhnya harga jual ayam hidup hingga berkisar Rp10.000 per Kg (Harga pokok produksi (HPP) Rp20.000 per Kg). “Pemicu harga jual di bawah HPP, karena _over supply_ juga dipengaruhi oleh daya beli yang menurun dalam masa pemberlakuan PPKM,” ujar Singgih.

Menurut Singgih, larangan penggunaan antibiotik baik pada pakan maupun pada manajemen pemeliharaan ayam telah dilaksanakan dan ditaati secara seksama oleh peternak, “Bahkan pelaksanaannya diawasi sangat ketat oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan beserta jajarannya,” ujar Singgih.

Singgih menegaskan, hasil penelitian itu memiliki andil dalam merusak usaha peternak di dalam kampanye gizi, agar masyarakat mengkonsumsi daging ayam broiler. Selama ini, daging ayam broiler merupakan sumber protein yang sangat mudah, murah, halal dan sudah sangat diminati
oleh masyarakat.

tag: #singgih-januratmoko  #dpr  #pinsar  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Berita Lainnya
Berita

Waka Komisi XIII DPR Pertanyakan Dasar Pemulangan Mary Jane, Ingatkan Agar Tak Langgar Hukum

Oleh Sahlan Ake
pada hari Kamis, 21 Nov 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Wakil Ketua Komisi XIII Andreas Hugo Pareira mempertanyakan dasar hukum kebijakan yang digunakan Pemerintah dalam pengembalian terpidana mati kasus narkotika, Mary Jane ...
Berita

Survei TBRC: Toni Uloli-Marten Taha Unggul Elektabilitas 45,8%

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Timur Barat Research Center (TBRC) merilis hasil survei terkait Pilgub Gorontalo 2024 menjelang hari pencoblosan pada 27 November. Hasilnya, pasangan Toni Uloli-Marten ...