JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)- BUMN Klaster Pangan terus memperkuat komitmennya dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional melalui pengembangan portofolio produk pangan yang terjangkau dan berkualitas untuk masyarakat.
Salah satu pengembangan produk terbaru adalah produk beras Rania yang merupakan hasil kerja sama PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau RNI dengan PT Pertani (Persero). Peluncuran produk beras premium kemasan 5 kg tersebut dilakukan Kamis, (19/8/2021), di Gedung RNI, Jakarta.
Direktur Utama RNI Arief Prasetyo Adi mengatakan, produk beras Rania merupakan produk beras premium yang bermutu tinggi namun terjangkau bagi masyarakat.
Produk ini disiapkan untuk memenuhi ketersediaan pangan beras guna mendukung program ketahanan pangan dan peningkatan akses pasar untuk produk dalam negeri.
Untuk memastikan tingkat keterjangkauan, Arief memastikan penjualan beras premium Rania tidak akan melebihin harga eceran tertinggi (HET) yang telah ditetapkan dalam peraturan Menteri Perdagangan nomor 57 tahun 2017 tentang Penerapan Harga Eceran Tertinggi Beras, yaitu di kisaran harga Rp 12.800/Kg sampai dengan Rp 13.600/Kg.
Selain itu, ia juga telah menyiapkan sejumlah strategi terkait rencana distribusi dan pemasaran.
“Dalam pendistribusiannya kami mengandalkan PT Rajawali Nusindo sebagai anak perusahaan RNI Group yang memiliki kantor cabang dan gudang di seluruh provinsi dan sejumlah kota besar di tanah air,” ujarnya, dalam keterangan tertulis, Jumat (20/8/2021).
Pada tahap awal, Arief menargetkan, pada Agustus ini Rania sudah tersedia di 17 Cabang Rajawali Nusindo di seluruh Jawa serta di market General Trade dan e-commerce.
“Kami juga akan berkolaborasi dengan modern market dalam pendistribusian di outlet seluruh Indonesia dan mendatangkan traffic customer dari kalangan karyawan BUMN holding pangan seIndonesia,” ungkapnya.
Pada periode Agustus sampai dengan September 2021, ditargetkan kuantitas produksi tercapai sebesar 150 ton dan terjadi peningkatan distribusi di 26 Cabang Nusindo.
Sedangkan periode November hingga Desember 2021, beras Rania ditargetkan telah tersebar di 43 Cabang Rajawali Nusindo dengan target kuantitas pada tahun 2021 sebesar 750 Ton.
Ia menegaskan, plan activity product beras premium untuk masyarakat ini akan terus diperkuat di tahun 2022 melalui improvisasi dan evaluasi secara berkala.
Strategi penjualan melalui kolaborasi dengan produk BUMN Klaster Pangan lainnya juga akan terus didorong, seperti dengan PT Berdikari (Persero) melalui produk daging, dengan PT Garam (Persero) dengan produk garam, dan dengan PT Perikanan Indonesia (Persero) serta PT Perikanan Nusantara (Persero) melalui produk ikan.
Di semester 2 tahun 2022 pemasaran akan semakin diperluas melalui sinergi transportasi dan pergudangan dengan BGR Logistics, kerjasama dengan pihak swasta (toko modern) untuk memperluas aksesbilitas produk, dan pengembangan aplikasi program.
“Diharapkan kolaborasi dengan sejumlah BUMN dan beragam komoditas pangan dapat membantu memastikan keterpenuhan pangan masyarakat secara merata,” tutur Arief.
Arief menambahkan, keberadaan Rania melengkapi portofolio produk pangan RNI yang sebelumnya telah eksis dengan produk gula dan teh. Upaya ini sejalan dengan strategi RNI yang saat ini tengah gencar memperkuat sektor hilir.
“Hilirisasi produk menjadi keharusan bagi BUMN Klaster Pangan agar dapat bersaing dengan produk impor dan menjadi tuan rumah di industri pangan nasional,” paparnya.
Dengan captive market yang ada dan membuka kerjasama dengan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), BUMDes diharapkan dapat mendorong inklusifitas petani di hulu dan keterjangkauan konsumen di hilir. Kedepan kami juga akan melibatkan Penggiling Padi Nasional.
Sementara itu, Direktur Utama Pertani Maryono mengatakan, dalam pengembangan produk ini Pertani berkontribusi memastikan proses pengolahan beras dilakukan melalui teknologi modern, sehingga menjaga kualitas dan keunggulan produk hingga sampai ke konsumen.
Ia menambahkan, aspek peningkatan kesejahteraan petani juga menjadi tujuan utama dari kerja sama ini. Pihaknya memastikan, penyerapan gabah petani dilakukan di atas HPP sehingga dapat menjaga daya beli petani saat harga komoditas sedang jatuh.
Adapun produksi beras Indonesia pada tahun 2020 sedikit mengalami kenaikan 20.000 ton dari 2019, menjadi sebesar 31,33 Juta Ton. Menurut Badan Pusat Statistik, pada tahun 2021, diprediksi total produksi beras akan lebih baik disbanding tahun 2020, hal tersebut dilihat dari produksi selama Januari sampai dengan April yang menyentuh angka 14,54 juta ton jauh lebih tinggi dari total produksi beras Januari sampai April tahun 2020, yaitu sebesar 11,46 Ton.