JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)- Anggota Komisi XI DPR RI, Achmad Hafisz Thohir menilai, langkah pemerintah menaikan harga bbm subsidi di tengah kondisi ekonomi rakyat yang belum stabil sangatlah tidak tepat.
"Menurut saya belum pas menaikkan harga bbm saat ini. Karena Rakyat belum pulih secara ekonomi," lirih Wakil Ketua BKSAP DPR RI itu kepada wartawan, Rabu (07/09/2022).
Menurutnya, keputusan pemerintah menaikan bbm akan berpengaruh negatif terhadap perkonomian rakyat yang baru saja membaik pasca Covid-19.
Tak hanya itu, lanjut dia, upaya besar restructure kredit nasional juga akan kmbli jatuh lagi.
"Pada akhirnya ekonomi kita akan menurun lagi. Kalau ekonomi turun maka jual beli atau transaksi perdagangan akan lesu. Kalau perdagangan lesu bisa mengkoreksi target ekonomi dan tentu saja asumsi makro APBN tidak akan tercapai," tandasnya.
"Kalau target target sudah tidak tercapai maka otomatis rencana belanja dan penerimaan negara akan terkoreksi atau tidak tercapai," sambungnya.
Menurutnya, upaya mencabut subsidi bbm dan menaikkan harga bbm menjadi usaha yang sia-sia.
"Sementara rakyat jatuh miskin semakin banyak akibat bbm naik (berkorelasi langsung). Upaya yang sia sia. Keputusan yang tidak bijak di tengah krisis global dunia. Menurut saya ini (mencabut dan menaikkan BBM subsidi) bukan terobosan yang pas," tegasnya.
Hafisz tak memungkiri memang benar menambah subsidi akan memberatkan APBN.
"Tetapi menaikkan bbm subsidi akan lebih memberatkan lagi kehidupan rakyat miskin," sindirnya.
Yang jelas, tegas dia, dengan bbm naik, semua kebutuhan pokok pasti akan naik. Sebab kontribusi bbm itu 15-20% terhadap komponen harga produksi.
"Dua pilihan yang berat. Tapi tetap harus diambil yang terbaik di antara terburuk. Negara harus hadir ketika rakyat memerlukan. Bukankah begitu bunyi UUD 1945. Salam untuk Indonesia yang lebih baik," pungkasnya.