Apapun jenis kekuasaan baik itu yang bersandar pada sistem monarki, aristokrasi, demokrasi selalu ditekankan agar menjalankan kekuasaan atas dasar kehendak (cita-cita) dan logika publik (yang berakar pada kewarasan intelektual).
Mengapa demikian? Kekuasaan tidak lahir dan tumbuh begitu saja tanpa ada kehendak dan logika yang hidup dan berakar dalam diri rakyatnya sebagai penopang. Ketika kekuasaan dijalankan jauh atau melenceng dari apa yang disebut cita-cita rakyatnya (kalau dalam negara demokrasi apa yang kita kenal istilah konstitusi) maka kekuasaan tengah mengundang bibit-bibit perlawanan yang tak bisa dianggap remeh.
Dalam kitab-kitab suci agama-agama Abrahami (monoteis) kita diinformasikan bagaimana kekuasaan yang dijalankan dengan penuh kesombongan dan ugal-ugalan berakhir dengan tragis.
Misalnya saja, ketika raja Namrud yang dzholim terhadap kewarasan (Ibrahim adalah simbol kewarasan berpikir) maka "nyamuk-nyamuk" (rakyat) akan pasang badan membelanya. Akibat keangkuhannya, raja Namrud tumbang oleh seekor nyamuk yang gak terima ketika simbol kewarasan-Ibrahim di dzholimi (pernah dibakar).
Meski nyamuk hidup disudut-sudut gelap nan kotor tapi ketika kewarasan diganggu, mereka akan berduyun-duyun membela kewarasan dan siap hancurkan benteng (kekuasaan) yang kokoh penuh perisai sekalipun.
Pun dengan kekuasaan di era demokrasi saat ini, jika kekuasan dijalankan sekehendak hati/ugal-ugalan maka "nyamuk-nyamuk" seperti dalam kisah raja Namrud itu akan mengeluarkan segenap kekuatannya untuk meruntuhkan ego kekuasaan yang dzholim.
Kekuasaan tidak ditujukan untuk membakar kewarasan tapi kekuasaan dirancang untuk membuat "nyamuk-nyamuk" damai dan tentram di tanah tempatnya berpijak.
Jangan pernah bakar kewarasan (logika publik) jika tidak ingin dihancurkan "nyamuk-nyamuk"!
Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
tag: #