Berita
Oleh Sahlan Ake pada hari Rabu, 23 Nov 2022 - 12:24:29 WIB
Bagikan Berita ini :

Pengamat Sebut Rezim Jokowi Gerogoti Kesejahteraan Rakyat Secara Sistematis

tscom_news_photo_1669181069.jpeg
Kabinet Presiden Jokowi (Sumber foto : Istimewa)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Pengamat sosial Paulus Januar menilai pemerintahan Presiden Jokowi menggerogoti kebebasan dan kesejahteraan rakyat secara sistematis. Penggerogotan tersebut dilakukan melalui tiga sektor, yakni ekonomi, kesehatan, dan pendidikan.

“Kalau kita lihat, reformasi menghasilkan perubahan (dari sistem pemerintahan otoriter ke demokrasi), tetapi yang masih tersisa sekarang adalah kebebasan,” kata Paulus dalam dialog bertajuk “Pemilu 2024 di Simpang Jalan, Pembaharuan Demokrasi Atau Perebutan Kekuasaan Belaka” yang diselenggarakan di kantor Jaringan Aktivis Pro Demokrasi (ProDem), Jalan Veteran, Jakarta Pusat, Selasa (22/11/2022).

Namun, lanjut dia, kebebasan itu sedikit demi sedikit digerogoti dengan cara melemahkan KPK dan pemberlakuan presidential threshold sebesar 20%, sehingga partai-partai yang dulu bisa mengusung calon presiden sendiri, sekarang tidak bisa.

Rezim ini, lanjut Paulus, juga secara sistematis menggerogoti kesejahteraan rakyat dengan menerbitkan Omnibus Law UU Cipta Kerja yang menggerogoti kesejahteraan rakyat dari sektor ekonomi, UU Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang menggerogoti kesejahteraan rakyat dari sektor pendidikan, dan Omnibus Law Kesehatan

“Omnibus Law Kesehatan ini sedang kita perjuangkan untuk menolaknya,” kata dia.

Ia melihat penggerogotan kesejahteraan rakyat dari sektor ekonomi, pendidikan dan kesehatan ini memiliki titik temu, yakni memudahkan asing untuk berinvestasi di Indonesia.

Menurut Paulus, apa yang terjadi di Indonesia saat ini merupakan dampak dari sistem Pemilu yang berlaku saat ini, yakni sistem yang diberlakukan demi kepentingan para elit, sehingga penyelenggaraan Pemilu bukan lagi merupakan pesta demokrasi dan bukan pula kerja demokrasi, karena yang sebenarnya setiap penyelenggaraan Pemilu adalah rakyat dipestain, diberi kaos, diberi nasi bungkus, dikasih hiburan dangdut, dan dikerjain.

Meski demikian Paulus mengatakan, ia optimis kondisi yang sedang dihadapi Indonesia ini dapat diubah, karena adanya tiga hal.

Pertama, sejak reformasi bergulir pada tahun 1998, hingga saat ini telah hampir 25 tahun, dan itu artinya telah muncul generasi baru yang dapat menjadi agen perubahan.

Kedua, telah muncul modus-modus untuk menindas dan melawan penindasan. Dan ketiga, adanya tantangan zaman.

tag: #jokowi  #menteri-jokowi  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement