Oleh Jacob Ereste pada hari Senin, 25 Mar 2024 - 16:08:13 WIB
Bagikan Berita ini :

Benturan Peradaban Gesekan Menuju Kedamaian Yang Harmoni Manusia di Bumi

tscom_news_photo_1711357693.jpg
Jacob Ereste (Sumber foto : Istimewa)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Konklusi paparan dari Samurl P. Huntington tentang Benturan Peradaban akan terjadi antara Barat, China Kofusius, Jepang, Islam, Hindu, Ortodok Slavia, Amerika Latin dan Afrika mereka yakini yang akan berbenturan pada masa depan yang akan dihadapi umat manusia di bumi, sungguh menarik.

Peradaban Islam yang merasuk dalam totalitas 50 negara penduduk Muslim di dunia, menempati urutan terbanyak setelah Agama Kristen secara seluruhnya yang berjumlah sekitar 2.38 milyar (Katolik. Protestan serta Advent) sehingga terbilang sangat berperan besar dapam peradaban Barat.

Sedangkan penganut agama lokal di seluruh dunia tidak kurang dari 430 juta jiwa (Jacob Ereste : Atlantika Institut, Kebangkitan Spiritual Akan Menjadi Pereda Benturan Peradaban, 17 Maret 2024). Meskipun John Naisbitt bersama Fatricia Aburdene telah mengamati adabya gerakan kebangkitan dari kesadaran dan pemahaman spiritual, walau pun tidak berarti tengah terjadinya kebangkitan agama-agama di dunia.

Jumlah umat Islam di dunia yang menempati urutan kedua -- setelah Kristen 2.38 milyar -- dan Islam berjumlah 1,91 milyar. Dalam versi World Population Review adalah Hindu, 1,16 milyar. Budha, 507 juta, agama lokal 430 juta dan agama lain 61 juta, seperti Toaisme, Konghucu, Sikhisme dan agama lainnya.

Selain itu, sebanyak 1,19 milyar orang di dunia mengaku tidak berafiliasi kepada agama manapun. Sedangkan Yahudi hanya 14,6 juta. Dan mereka yang tidak beragama terbanyak di China, berjumlah 720 juta orang dan Cheko 78 persen dari total populasinya yang ada di dunia.

Sensus resmi Kementerian Dalam Negeri RI pada tahun 2021, penduduk Indonesia 273,32 juta jiwa, dengan rincian 86,93 persen Islam, 10,55 persen Kristen, 7,47 persen Kristen Protestan, 3,08 persen Katolik. 1,71 persen Hindu, 0,74 persen Budha, 0,05 persen Konghucu dan 0,03 persen agama lainnya, termasuk agama lokal.

Jadi semakin menarik untuk dicermati lebih jauh gejala dari adanya benturan peradaban yang diyakini John Naisbitt bersama Fatricia Aburdene dengan kajian Francis Fukuyama yang memposisikan Islam sebagai satu-satunya agama yang akan berbenturan dengan peradaban Barat. Utamanya bagi bagi Indonesia yang berpenduduk mayoritas Muslim dan mempunyai potensi bangsa suku bangsa serta agama yang beragam dengan kearifan lokal.

Dalih utama kata Samuel P. Huntington sebagai sumber konflik dari penyebab adanya benturan peradaban karena perbedaan yang mendasar dari peradaban yang ada. Berikutnya adalah akibat peran bangsa Barat yang dominan sehingga menimbulkan dewesterbisasi di dunia non-Barat.

Kecuali itu, katanya peran budaya manusia tidak mampu menyelaraskan perbedaan politik dan ekonomi, hingga berikutnya membuat kesadaran terhadap peradaban bukan rasio d"entre utama terbangunnya regionalisme politik mapun ekonomi.

Fantasi yang disajikan Samuel P. Huntington sungguh sangat fantastik, namun tidak menggambarkan semangat jaman yang semakin dalam memasuki habitat globalisasi dan pluralisme, tolersnsi serta kesetaraan.

Adapun definisi tentang peradaban yang diperkirakan akan berbenturan itu, terkesan kacau dalam batasan geografis, ajaran dan agama serta berasal dari suatu benua yang tak jelas batasnya. Padahal, dugaan peradaban Islam yang diperkirakan akan menghadapi peradaban Barat, agaknya tidaklah akan seseru yang dibayangkan Samuel P. Huntington, jika menilik adanya kecenderungan dari peradanan Barat yang makin terkesan cukup akomodatif dan adaptif terhadap keberadaan Islam di berbagai negeri Barat itu.

Karena masalah utama yang akan sangat menentukan dari peradaban manusia di masa depan adalah bagaimana upaya umat Islam sendiri menjaga otentiditas dari kemurnian model tuntunan ajaran (budaya) Islam yang konsisten mengusung ruh yang murni dari makna rahmatan lil alamin.

Jadi buksn masalah untuk menang dan bukan untuk mengalahkan, tatapi demi kemaslahatan umat manusia, kebaikan serta kebahagian hidup yang harmoni tak hanya sebatas alam serta makhluk ciptaan Tuhan di jagat raya ini, tapi juga terhadap Yang Maha Pencipta seperti makna dari yang tersurat maupun tersirat dari pemahaman hablum minanallah, hablum minannas yang dipahami dan dihayati serta diimplementasikan secara kaffah.

Setidaknya di Indonesia telah bangkit gerakan kesadaran serta pemahaman spiritual yang ditekuni serta dilakukan oleh umat beragama di Indonesia, meski John Naisbitt yang dibayangi oleh Francis Fukuyama tidak percaya bahwa kebangkitan spiritual bukan berarti pertanda dari kebangkitan agama.

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Lainnya
Opini

Transformasi Laut Cina Selatan

Oleh Radhar Tribaskoro (Komite Eksekutif Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia)
pada hari Selasa, 03 Des 2024
Baru-baru ini rencana kerjasama pembangunan (Joint Development) Indonesia - China di Laut Cina Selatan mendapat kritik lagi. Kali ini dari Majalah The Economist yang cukup berwibawa. Majalah itu ...
Opini

Nausea Fufufafa, Distopia Indonesia

Rakyat Indonesia bakal menderita nausea berkepanjangan, jika Fufufafa terus menjadi orang nomor dua. Nausea adalah istilah medis yang merujuk pada perasaan tidak nyaman, pening kepala dan mual perut, ...