Oleh Direktur Eksekutif Rumah Politik Indonesia, Fernando Emas pada hari Sabtu, 15 Jun 2024 - 19:40:40 WIB
Bagikan Berita ini :

Butterfly Effect Starlink, Bisa Picu Masalah Sosial Baru

tscom_news_photo_1718455240.jpg
Fernando Emas Pengamat Politik (Sumber foto : Istimewa)

Butterfly effect atau efek kupu-kupu dikenal sebagai teori kekacauan yang berhubungan dengan ketergantungan peka terhadap kondisi awal. Dalam berbagai literasi, Butterfly effect disebut memberikan perubahan kecil pada satu tempat dalam suatu sistem taklinear dapat mengakibatkan perbedaan besar dalam keadaan kemudian.

Beberapa momen besar dunia dalam dua abad terakhir terjadi karena efek kupu-kupu. Hal-hal kecil yang terjadi — seperti surat yang diabaikan atau supir yang salah mengambil belokan dapat memicu serangkaian peristiwa yang melahirkan pemimpin fasis dan memulai perang dunia.

Tentu yang paling tidak bisa dilupakan dari dampak efek kupu-kupu terbesar dalam sejarah manusia ialah saat kematian Franz Ferdinand, putra tertua dari Adipati Agung Karl Ludwig dari Austria.

Pasalnya, kematian dari adik Kaisar Frans Joseph I dari Austria inilah yang
memicu Perang Dunia I. Perang dunia 1 tidak akan pernah terjadi jika sopir dari
Franz Ferdinand, memeriksa peta terlebih dahulu.

Berdasarkan jurnal dari laman Smithsonianmag, pada awalnya Ferdinand sudah mengalami hari yang buruk, karena semua orang di Sarajevo terus berusaha untuk membunuhnya.

Untungnya, ia berhasil selamat dari sebuah bom yang meledak sedikit lebih awal, walau beberapa orang yang terluka dalam rombongannya dilarikan ke rumah sakit.

Ia seharusnya menganggap itu sebagai sebuah pertanda kalau sudah waktunya untuk pulang. Namun sebaliknya, Ferdinand malah bersikeras untuk mengunjungi teman-temannya yang terluka.

Sopirnya, yang tidak terbiasa dengan rute di kota itu, mengambil belokan yang salah dan akhirnya memutar mobil tepat di depan Gavrilo Princip yang sedang duduk di luar kafe.

Princip, yang mungkin bingung dengan keberuntungannya itu, langsung berdiri dan bergegas untuk mendekati mobil Ferdinand.

Dia pun berhasil melakukannya tepat waktu, menembak Ferdinand, dan memulai efek berantai yang ternyata telah memicu Perang Dunia I di kemudian hari.

Efek kupu-kupu juga bisa terjadi atas langkah dan tindakan kecil dari investasi
pengusaha kondang dunia Elon Musk di Indonesia.

Elon Musk melalui perusahaannya yakni Starlink melakukan investasi di ibu pertiwi.

Rencana investasi perusahaan Elon Musk ini menjadi perbincangan beberapa waktu terakhir lantaran investasinya terbilang kecil. Investasi Starlink di Indonesia ternyata hanya sebesar Rp 30 miliar dan cuma mempekerjakan tiga orang karyawan.

Nilai investasi tersebut sangat kecil untuk pengusaha sekaliber Elon Musk.

Namun demikian, kehadiran Starlink di Indonesia tidak bisa dianggap remeh lantaran bisa menyebabkan efek kupu-kupu terhadap tumbuh kembang generasi penerus bangsa.

Kehadiran Starlink sebagai penyedia jasa internet dapat menyebabkan terjadi disintegrasi sebagai sebuah bangsa. Kehadiran Starlink di Indonesia dapat menyebabkan perpecahan dan masalah sosial baru.

Perlu diingat saat ini, tanpa adanya Starlink saja, 3,2 juta masyarakat Indonesia kecanduan virus dari judi online.

Tentu penyedia jasa internet tidak bisa disalahkan karena hal itu, namun salah satu faktornya ketidaksiapan pemerintah dalam menjawab tantangan teknologi informasi.

Belum lagi kehadiran internet yang mudah diakses dapat menyebabkan menjamurnya konten-konten pornografi di dunia maya. Itu masih sebagian kecil.

Hal serupa terjadi baru-baru ini, yang dimana layanan satelit Starlink milik Elon Musk disebut telah menyebabkan kecanduan pornografi di kalangan suku terpencil di Amazon.

Tentunya, kehadiran layanan internet sebuah daerah 3 T (Teringgal, Terdepan dan Terluar) bisa seperti pisau bermata dua.

Tak bisa dipungkiri, dengan semakin masifnya masyarakat yang kecanduan judi online dan pornografi tentu bisa memicu masalah baru dan kejahatan-kejahatan baru di kemudian hari.

Hal ini akan semakin buruk bila pemerintah kita sendiri belum bisa dan mampu menangani dan menjawantahkan kehadiran layanan internet dengan baik.

Tanpa adanya pengawasan penuh dan kesiapan dari pemerintah, kehadiran layanan jasa internet Starlink di Indonesia bisa menyebabkan dampak negatif yang sangat besar.

Hal ini seperti efek kupu-kupu yang terjadi akibat kematian Franz Ferdinand. Jangan sampai hanya karena nilai investasi sebesar 30 miliar upaya kita untuk menjemput bonus demografi di 2045 semakin sulit dan jauh.

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
Dompetdhuafa X TS : Qurban
advertisement
Lainnya
Opini

Kontrol Publik "Dilemahkan", Memuluskan Jalannya Politik Dinasti dan Pilkada Suram

Oleh Agusto Sulistio - Mantan Kepala Aksi & Advokasi PIJAR
pada hari Sabtu, 22 Jun 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Usai pemilihan presiden (pilpres) 2024, Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai presiden dan wakil presiden ...
Opini

Bukannya Ciptakan Lapangan Kerja Baru, Investasi STARLINK Berpotensi Ciptakan Pengangguran

Indonesia terus digempur oleh asing lewat produk unggulan berbasis teknologi. Salah satunya, STARLINK. Sebuah produk layanan internet berkelas dunia difasilitasi satelit. Berkecepatan tinggi dan ...