Oleh Achmad Ismail/ais_praktisi naker pada hari Jumat, 21 Jun 2024 - 12:54:14 WIB
Bagikan Berita ini :

Bukannya Ciptakan Lapangan Kerja Baru, Investasi STARLINK Berpotensi Ciptakan Pengangguran

tscom_news_photo_1718949254.jpg
Achmad Ismail Praktisi Naker (Sumber foto : Istimewa)

Indonesia terus digempur oleh asing lewat produk unggulan berbasis teknologi. Salah satunya, STARLINK. Sebuah produk layanan internet berkelas dunia difasilitasi satelit. Berkecepatan tinggi dan mampu diakses dengan mudah dan cepat untuk daerah terluar sekalipun (promosinya).

Dikabarkan, investasi STARLINK diekspektasi begitu tinggi diawalnya. Perusahaan multinasional, bermodal besar dan pastinya akan berdampak positif. Karenanya, perijinan dan publikasi bagi kedatangannya serasa di”karpet-merah”kan, alias istimewa. Lalu bagaimana realitanya?

STARLINK hanya menanam modal 30 milyar. Dan karyawannya pun cuma 3 orang, demikian “media” mewartakan. Terpenuhikah ekspektasi itu?

Dari sisi buruh, se”gudang” tanya menyembul. Namun ada dua hal yang cukup kontradiktif.

Pertama, terbukanya banyak kesempatan kerja di sana. Pupus. Tadinya, berharap ada puluhan, ratusan bahkan ribuan buruh bisa terrekrut. Meski sempat ragu sebelumnya. Karena perusahaan multinasional ini berbasis kerja teknologi bukanlah padat karya. Padat modal?

Minimnya serapan tenaga kerja itu, sangat kontras dengan ketersediaan jumlah angkatan kerja yang tersedia saat ini. Apalagi dengan menilik gambaran profil ketenagakerjaan umum di Februari 2024 lalu, pastinya malah jauh lebih timpang.

Berkontribusikah terhadap penurunan angka pengangguran nasional secara signifikan?
Terpublikasi statistis, jumlah pengangguran terbuka nasional sebanyak 7, 20 juta orang (TPT).

Dari mereka yang bekerja di bidang informasi dan komunikasi inipun, hanya 1,23 juta orang. Secara nasional, hanya 0,87% dari jumlah mereka yang bekerja saat ini (TKK). Di STARLINK, bisa jadi pekerja dengan kualifikasi pendidikan dan skill tinggi yang dibutuhkan. Sementara, angkatan kerja nasional yang tersedia, dominannya berpendidikan rendah. Hanya ± 13% saja, yang berpendidikan tinggi.

Kedua, menikmati jasa langganan STARLINK ? “Halu” juga.

Bagi mayoritas buruh nasional, kategori hidup layak masih bergelut diseputar pangan, papan/rumah, kesehatan dan pendidikan serta transportasi. Pemenuhan atasnya, belum terjangkau semua lapisan buruh, khususnya yang berpenghasilan UMP. Apalagi yang dibawah UMP.

Ber”kaca” pada survei biaya hidup (sbh) tahun 2022 lalu, upah buruh tak sebanding dengan biaya hidup di daerahnya. Jakarta misalnya, tembus 14,88 juta per bulan. Sementara UMP nya ± 5 jutaaan. Kelompok pengeluaran terbesarnya ada di biaya (sewa/cicil) rumah, transportasi hingga pendidikan.

Untuk konektifitas berbasis informasi dan komunikasi seperti STARLINK ini, diyakini masih jadi “barang mahal”. Mengkonsumsinya (berlangganan) bisa jadi memaksa dan menggeser kebutuhan prioritas lainnya. Buruh, rentan bermasalah jika itu dilakukan.

Dari kedua hal itu, tampaknya, investasi STARLINK, tidak berdampak langsung bagi (umumnya) buruh nasional, bukannya membantu mengurangi pengangguran, Starlink justru berpotensi menambah pengangguran baru (kemungkinan ISP lokal bakal PHK jika bisnis mereka tereduksi oleh Starlink).

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
HUT RI 79 - SOKSI
advertisement
HUT RI 79 - ADIES KADIR
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Lainnya
Opini

Tugas Berat Prabowo Membereskan Politik Ala Preman

Oleh Budiana Irmawan
pada hari Jumat, 20 Sep 2024
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Penulis teringat sepuluh tahun lalu berdiskusi dengan legenda aktivis pergerakan A Rahman Tolleng. Ia mengatakan, “kalau orang bodoh berkuasa berpotensi besar ...
Opini

Dampak Aliansi Militer SCO Bagi Negara-Negara ASEAN

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Aliansi Militer Shangai Cooperation Organization (SCO) baru-baru ini melaksanakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT), yang dihadiri oleh seluruh Kepala Negara anggota SCO ...