Opini
Oleh Swary Utami Dewi pada hari Minggu, 28 Jul 2024 - 05:38:59 WIB
Bagikan Berita ini :

Berharap Tetap Ada Titik Beda

tscom_news_photo_1722119939.JPG
SWARY UTAMI DEWI (Sumber foto : Istimewa)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Saya dibesarkan oleh tradisi Muhammadiyah yang sangat kental karena keluarga besar kakek dan nenek dari pihak ayah memegang posisi tertinggi di Muhammadiyah Kalimantan Tengah pada saat saya masih kecil. Saya juga berguru dari para Yai-Yai Nahdlatul Ulama (NU). Semua membentuk cara berpikir, bersikap dan bertindak saya, terutama tentang keteguhan hati dan kekritisan, juga respek dan sayang terhadap sesama manusia dan alam.

Jujur saat kecil, masih sangat kecil, saya sempat bingung soal Qunut dan tidak Qunut, kapan hari raya karena perbedaan pendekatan hilal dan rukyat, perbedaan rakaat saat salat tarawih, serta pendekatan modern versus tradisional. Semua itu kadang masih membingungkan, walau sesekali saya berharap ada titik temu dari dua organisasi keagamaan besar yang membesarkan saya secara hati dan pikiran ini.

Jadi jika pas ada sesuatu yang "ketemu" misalnya tanggal hari raya yang sama, saya bahagia; Bahagia karena ada "pertemuan"" tanpa saya perlu merasa terbelah atau mendadak bersikap "sok menghargai" kiri-kanan.

Sewaktu kawan-kawan di Pengurus Besar NU (PBNU) beberapa bulan lalu mengeluarkan kata setuju "menerima tawaran" kelola tambang, saya yang sejak lama beraktivitas pada pemberdayaan masyarakat dan ekologi merasa makjeb. Sempat melongo....dan sedihnya lumayan. Terasa ada duri menusuk dalam di hati.

Namun, masih ada harapan supaya ormas-ormas keagamaan lain punya suara berbeda. Dan memang ada yang segera mengatakan "tidak". Saya mulai tersenyum bahagia.

Lalu mendadak beberapa waktu lalu ada cicitan burung yang mengatakan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah sedang "pikir-pikir" untuk ikut menerima. Nah lho. Rasanya deg-deg plus. Kayak ketiban sesuatu yang bikin lunglai dan sempoyongan. Dan kini, kabar itu semakin kencang bahwa PP Muhammadiyah juga punya kecenderungan kuat untuk mengikuti jalur yang diambil PBNU. Aduh, makin lunglai, meski ada rasa tetap tak percaya. Ah masa sih?

Sembari menunggu kabar pasti itu, saya memilih untuk menenangkan hati, dan berdoa sekeras dan sekencang mungkin; Berdoa jangan sampai titik temu terkini antara NU dan Muhammadiyah ternyata pada TAMBANG.

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Prabowo Bukan Presiden Indonesia: Analisis Rasional dan Kritis

Oleh Muslim Arbi
pada hari Minggu, 16 Feb 2025
TEROPONGSENAYAN.COM - Pidato Prabowo dalam peringatan Partai Gerindra yang disertai yel-yel memuji Jokowi menjadi sorotan publik. Secara faktual, ini menunjukkan hubungan erat antara keduanya. Namun, ...
Opini

Putusan Praperadilan Hasto Kristiyanto: Antara Legal Reasoning dan Isu Miscarriage of Justice

TEROPONGSENAYAN.COM - Putusan praperadilan yang menolak gugatan Hasto Kristiyanto terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memunculkan perdebatan hukum yang cukup tajam. Salah satu pengacara ...