Opini
Oleh Ariady Achmad (Politisi Senior Partai Golkar, Mantan Anggota DPR RI dan Sahabat Dekat Gus Dur pada hari Selasa, 29 Okt 2024 - 16:31:05 WIB
Bagikan Berita ini :

Mengapa Prabowo Membutuhkan Mega, Paloh dan SBY

tscom_news_photo_1730194265.jpg
(Sumber foto : Istimewa)

Setelah merapatkan barisan Kabinet Merah Putih dengan kegiatan retreat di Magelang, konsolidasi politik kekuasaan Prabowo masih belum berhenti. Bahkan besar kemungkinan dinamikanya makin kompleks dengan munculnya poros-poros baru, baik yang berseberangan atau sebaliknya.

Retreat Magelang juga bisa dibaca bahwa KIM Plus saja belum membuat Presiden Prabowo aman dan nyaman. Sebab, modal Gerindra yang memiliki 86 atau 14,83 persen kursi DPR RI memang jauh dari memadai. Sedang KIM Plus, selain gemoy dan gendut tidak sepenuhnya berada dalam genggaman Presiden Prabowo.

Pilihannya Presiden Prabowo masih membutuhkan proposal dan format koalisi yang aman dan nyaman. Berdasarkan realitas politik, Presiden Prabowo perlu mengandeng Megawati, Surya Paloh dan SBY. Selain tokoh politik yang sentral dan senior, ketiga sosok ini mengendalikan secara langsung 223 atau 38,46 persen kursi DPR RI.

Saat ini memasuki periode 100 hari pertama kinerja Kabinet Merah Putih yang menjadi ukuran sekaligus pertaruhan Presiden Prabowo. Meski berusaha mengakomodir berbagai elemen dan kekuatan politik masuk dalam Kabinet Merah Putih sebagai pilihan membangun stabilitas politik, tampaknya belum menjadi jaminan konsolidasi kekuasaan menuju keseimbangan.

Warisan kehidupan sosial dan masyarakat yang terfragmentasi, tumpang tindih agenda kekuatan politik yang sering kali tidak mudah diprediksi maupun beban keuangan negara yang semakin berat membutuhkan kalkulasi yang cermat. Terutama untuk mewujudkan keseimbangan dan konsolidasi kekuatan politik.

Prabowo memang tampak hati-hati meniti jembatan transisi kekuasaan saat ini. Sesekali melemparkan keinginan mewujudkan kebijakan keadilan sosial yang substantif. Setidaknya bukan dengan bagi-bagi kaos dan sembako dijalanan hanya untuk menaikan appoval rating. Namun menghindari berbenturan frontal dengan oligarki.

Bisa jadi semuanya masih dalam kalkulasi dengan mendalam. Mendayung diantara "jalan kiri" dan "jeratan oligarki" tampaknya bukan hanya butuh nyali namun juga amunisi dan strategi. Namun sinyal dan pesan sudah ditembakkan. Untuk itu Presiden Prabowo membutuhkan format koalisi yang aman dan nyaman bersama trio Mega-Paloh-SBY.(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Makan Gratis Brazil

Oleh Ahmadie Thaha (Pengaruh Pesantren Tadabbur al-Qur'an)
pada hari Selasa, 19 Nov 2024
Baru-baru ini, perhatian publik tersita oleh kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke Brasil. Di depan peserta forum bisnis G20 di Rio de Janeiro, beliau mengungkapkan niat untuk “belajar” ...
Opini

Memperkuat Harmoni Sosial dan Stabilitas Nasional : Tantangan dan Strategi Pemerintah Prabowo Subianto

Lima tahun ke depan akan menjadi periode yang menentukan bagi pemerintahan Prabowo Subianto. Sebagai seorang pemimpin yang dikenal tegas dan berkarisma, Prabowo dihadapkan pada harapan besar dari ...